JAKARTA, KOMPAS.com – Riuh rendah tawa menggema di aula Pos Bloc Jakarta, Sabtu (19/7/2025). Sejumlah anak muda asyik menikmati hiburan pantomim yang dibawakan oleh seorang pelakon dengan riasan khas dan gerak tubuh ekspresif.
Di sisi lain, terdapat panggung utama, tempat musik mengentak, mengajak sebagian penonton yang juga didominasi anak muda untuk ikut bernyanyi dan bergoyang mengikuti irama.
Di sekeliling aula, booth-booth kreatif berdiri dan dikerumuni pengunjung. Mereka antusias melihat pameran lukisan dan berinteraksi dengan komunitas, seperti Ayo Motret Jakarta, atau menyaksikan seniman melukis karikatur Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB) Muhaimin Iskandar secara langsung.
Aneka karikatur Muhaimin Iskandar dalam berbagai ukuran juga menghiasi langit-langit, menegaskan bahwa acara ini memang membuka ruang seluas-luasnya bagi ekspresi seni.
Momen tersebut merupakan bagian dari Kolakarya, rangkaian acara menyambut Hari Lahir (Harlah) ke-27 PKB. Kolakarya hadir sebagai medium unik yang mempertemukan seni dan politik. Ini juga menjadi bukti bahwa seniman bisa tetap kritis, kreatif, dan mandiri, bahkan saat bersinggungan dengan ranah politik.
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau akrab disapa Cak Imin yang turut hadir hari itu menegaskan, Kolakarya adalah ajang kreativitas. Acara ini memberikan ruang bagi para kreator, termasuk seniman pemula ataupun yang sudah memiliki karya bagus.
Menurutnya, seni dan budaya adalah realitas paling netral sehingga mudah mendekatkan berbagai pihak di tengah perjuangan politik.
Cak Imin menambahkan, PKB sama sekali tidak memiliki kekhawatiran terhadap kritik dari seniman.
" Kritik itu semacam vitamin buat politik, buat demokrasi, buat pejabat," ujarnya.
Oleh karena itu, Cak Imin mengaku sangat terbuka dan berterima kasih apabila dikritik. Pasalnya, kritik dinilainya membawa kemajuan.
Senada dengan Cak Imin, Wakil Ketua Harian Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKB Gielbran Muhammad Noor menjelaskan, PKB ingin mempertegas sikapnya sebagai partai yang bukan milik elite.
Baca juga: PKB Rayakan Harlah di 23 Juli Mendatang, Undang Presiden dan Para Petinggi Negara
Menurutnya, PKB adalah partai milik semua anak Nusa dan Bangsa, tanpa memandang latar belakang politik atau tingkat kekritisan mereka terhadap pemerintah.
Gielbran juga menegaskan, PKB berfungsi sebagai "jembatan" atau hub yang menjembatani mereka yang termarginalkan dengan pihak yang memiliki kekuasaan.
"Sangat munafik ketika politik mengatakan bahwa dia antikritik. PKB justru ingin menjadi partai yang menginisiasi ruang kritik dan menumbuhkan budaya introspeksi diri,” ucap Gielbran.
Komika sekaligus Wakil Ketua Harian PKB M Aji Pratama yang turut menghadiri Kolakarya sebagai pemandu acara KolabTalks bertajuk “Kegelisahan Zaman dalam Kacamata Seniman” memiliki pandangan unik.
Berada di persimpangan sebagai seniman dan politisi, Aji ingin seniman punya dampak nyata ke internal partai. Ia menolak anggapan seniman hanya dijadikan alat propaganda.
"Ini bukan partai yang nyuruh seniman bikin acara (Kolakarya). Justru senimanlah yang nyuruh partai dengerin mereka,” katanya.
Aji berharap, Kolakarya dapat menjadi ruang pendidikan politik di partai, di mana seniman mampu menginspirasi narasi partai itu sendiri. Menurutnya, banyak partai yang hanya melabeli diri sebagai partai anak muda, tapi PKB justru secara konkret mengadakan acara yang merangkul kaum muda dan seniman.
Ketua Panitia Harlah ke-27 PKB Ahmad Iman Sukri menegaskan tujuan utama Kolakarya. PKB, kata Ahmad, tidak mewajibkan seniman yang berpartisipasi untuk memilih partainya.
"Kami fasilitasi mereka di sini untuk berkreasi. Kami hanya ingin para seniman dapat eksis dan maju melalui panggung yang telah disiapkan,” ujarnya.
Sebagai bentuk perhatian pada seniman dari berbagai lapisan, PKB juga sebelumnya mengundang seniman legendaris seperti Kirun Srimulat. Langkah ini menunjukkan komitmen PKB untuk merangkul seniman akar rumput dan memberi panggung bagi semua bentuk kesenian.
Terkait lomba karikatur Cak Imin, Iman menegaskan, partai tidak mengatur-atur ekspresi seniman.
"Kalau senimannya mau bikin karikatur Cak Imin pakai kuping gajah atau apa, silakan. PKB terbuka. Kami hormati itu sebagai bagian dari kebebasan berekspresi,” jelasnya.
Salah satu sesi paling menyentuh adalah KolabTalks: “Kegelisahan Zaman dalam Kacamata Seniman”. Di atas panggung, hadir Seniman sekaligus budayawan Sujiwo Tejo, komedian Sammy (notaslimboy), dan kreator konten muda sekaligus pendiri Beyond Canvas Art Studio Amelie. Mereka berbicara tentang zaman yang penuh distraksi, seni yang dipaksa viral, dan politik yang sering kali terkesan feodal.
Sammy secara tersirat mengkritisi cara partai politik yang cenderung mengandalkan “sembako” untuk mengumpulkan massa. Menurutnya, hal tersebut kontras dengan pendekatan Kolakarya PKB.
“Kalau seniman cuma dijadikan alat kampanye, itu bukan seni. Namun, di Kolakarya ini, kami bisa ngomong semaunya, bahkan kritik partai pun dibiarin,” kata Sammy disambut gelak dan tepuk tangan.
Sujiwo Tejo atau akrab disapa Mbah Tejo lebih tajam lagi menyampaikan aspirasinya. Ia menyindir budaya feodalisme dalam ruang politik dan mengajak seniman untuk tidak tunduk.
"Seniman bukan pesuruh, seniman itu pelurus," ucap sosok multitalenta itu dalam gaya puisi dan satire yang khas.
Baca juga: Anggota DPR Fraksi PKB Pertanyakan Program Rusun Pesantren Dihapus Kementerian PKP
Mbah Tejo lebih lanjut menekankan pentingnya perlindungan hak cipta bagi seniman, termasuk atas wajah, suara, dan tubuh.
"Denmark sudah memiliki undang-undang yang melindungi wajah, suara, dan tubuh seseorang sebagai hak cipta," ujarnya memberi contoh serta berharap Indonesia dapat meniru langkah tersebut.
Sementara itu, Amelie menyoroti tantangan orisinalitas di tengah tren viralitas. Ia mendorong seniman untuk adaptif terhadap teknologi baru, tapi tetap menjaga esensi kreatif dan jiwa dalam setiap karya.
“Kami tetap bisa menjaga orisinalitas, bahkan di tengah tekanan tren dan teknologi. Politik justru bisa jadi ruang kolaborasi, asal tidak memaksa,” ucapnya.
Ketiga pembicara tersebut pun sepakat, AI memang menjadi tantangan zaman. Namun, seniman harus adaptif dengan memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu, bukan pengganti jiwa dan emosi dalam berkarya. Mereka juga mendukung regulasi yang jelas terkait penggunaan AI dalam seni, terutama untuk membedakan karya manusia dan AI.
Acara Kolakarya ditutup pada pukul 23.00 WIB dengan penampilan band indie kenamaan, Float, yang terkenal dengan hit "Sementara" dan "Pulang". Sebelumnya, musisi Iksan Skuter turut memeriahkan panggung.
Kolakarya PKB bukan sekadar festival seni biasa, melainkan sebuah pernyataan bahwa politik dan seni dapat berjalan beriringan tanpa mengorbankan integritas seniman. PKB pun membuktikan komitmennya untuk menjadi fasilitator, membuka ruang bagi seniman untuk tetap kritis dan memiliki peran signifikan dalam demokrasi.