KOMPAS.com - Di tengah keasrian alam Kutai Kartanegara ( Kukar), Desa Kayu Batu seakan tertidur dalam kesunyian dan yang nyaris terlupakan di antara hutan dan sungai-sungai besar.
Namun, segalanya berubah saat sebuah menara menjulang di balik sekolah dasar (SD). Pada 2024, menara repeater itu menjadi jembatan yang menghubungkan warga desa dengan dunia luar, sekaligus membawa harapan baru bagi mereka.
Bupati Kutai Kartanegara Edi Damansyah memahami permasalahan tersebut dan menginisiasi program Pemantapan Konektivitas Wilayah.
Program tersebut bertujuan menghapus blank spot, yakni area yang tidak terjangkau sinyal telekomunikasi.
Tak butuh waktu lama bagi Edi dan jajarannya mengentaskan persoalan tersebut. Kini, Kukar hanya menyisakan daerah-daerah dengan kategori lemah sinyal di kabupaten tersebut.
Maka, pada 2024, bergulirlah pembangunan menara repeater di sembilan desa pada 2024, termasuk di Desa Kayu Batu.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kukar Solihin mengatakan, Desa Kayu Batu sekarang sudah bisa menikmati sinyal telekomunikasi dan ada kemajuan yang signifikan.
Baca juga: 1.000 Guru Sarjana untuk Kukar, Terobosan Edi Damansyah untuk Majukan Pendidikan
“Warga sudah bisa menikmati sinyal, bahkan sudah ada yang bisa melakukan video call,” jelasnya dalam siaran pers, Jumat (27/9/2024).
Dia mengatakan, menara repeater itu bukan sekadar teknologi yang memancar dari tanah desa, tetapi simbol perubahan besar bagi masyarakat setempat.
Solihin mengatakan, tidak hanya desa-desa besar yang menjadi target pemerataan sinyal telekomunikasi, tetapi juga dusun-dusun terpencil di wilayah Kukar.
Untuk dusun-dusun kecil yang belum tersentuh menara repeater, Diskominfo Kukar mengatasinya dengan layanan internet via Starlink, teknologi satelit yang mampu menyediakan akses internet di lokasi-lokasi terpencil.
“Kami menggunakan Starlink sebagai solusi sementara, sambil menunggu pembangunan menara repeater tahun depan,” katanya.
Solihin menjelaskan, lengan langkah-langkah Diskominfo itu merupakan komitmen untuk menutup setiap celah yang masih tersisa di peta sinyal telekomunikasi Kukar.
Menurutnya, pembangunan menara repeater di desa-desa terpencil, seperti Kayu Batu lebih dari soal membuka akses komunikasi.
Baca juga: Beasiswa Kukar Idaman 2024 Dibuka, Simak Syaratnya
“Ini juga tentang bagaimana teknologi bisa menjadi alat untuk membangun ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup,” ungkapnya.
Di Desa Kayu Batu, sinyal yang kini tersedia memungkinkan masyarakat untuk terhubung dengan pasar luar, berkomunikasi dengan keluarga yang jauh, dan bahkan membuka peluang wisata.
Adapun Desa Kayu Batu hanyalah salah satu contoh dari sembilan desa yang menjadi prioritas pembangunan menara repeater pada 2024.
Program Daerah Bebas Blank Spot yang digagas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara terus menunjukkan hasil nyata.
Desa-desa lain, seperti Sungai Bawang di Kecamatan Muara Badak juga menjadi fokus perhatian, dengan pembangunan menara yang dijadwalkan akan aktif dalam beberapa pekan mendatang.
“Dari 23 titik blank spot di Kutai Kartanegara, seluruhnya sudah kita atasi. Fokus kami sekarang beralih ke daerah-daerah yang sinyalnya masih lemah,” ungkap Solihin.
Baca juga: Kaltim Juara Umum MTQ Nasional XXX, Kukar Sumbangkan 17 Raihan Prestasi
Bagi Kepala Desa Kayu Batu Andri Sofyandani, perubahan itu terasa seperti keajaiban yang tak pernah ia bayangkan.
Sebelumnya, warga desa hidup dalam keterasingan digital. Mereka harus berjalan jauh menuju kuburan desa, satu-satunya tempat sinyal ponsel bisa dideteksi, meskipun sangat lemah.
“Kami sering kali harus ke dekat kuburan untuk sekadar mendapat sinyal,” ungkap Andri.
Kini, berkat menara repeater yang berdiri kokoh di RT 7, lebih dari seratus kepala keluarga di desa tersebut bisa menikmati sinyal 4G.
Meskipun belum sempurna, aplikasi seperti WhatsApp sudah berfungsi dengan baik.
Itu adalah sebuah lompatan besar bagi mereka yang selama ini hidup tanpa akses komunikasi yang layak, meski tidak semuanya sempurna.
"Untuk aplikasi yang lebih berat, seperti Facebook dan YouTube, masih ada kendala karena jaringan belum kuat,” jelasnya.
Meski demikian, Andri mengaku puas. Sebab, warga Kayu Batu untuk pertama kalinya bisa merasakan kenyamanan terhubung dengan dunia luar tanpa perlu berjalan ke kuburan desa.
Baca juga: Pengamat Politik Unmul Tegaskan Edi Damansyah Bisa Mencalonkan Diri di Pilkada Kukar 2024
Sinyal bukanlah satu-satunya hal baru di Desa Kayu Batu. Tepat di belakang SD negeri yang baru didirikan, menara repeater itu berdiri sebagai simbol sinergi antara kemajuan teknologi dan pendidikan.
Bagi Andri, lokasi menara itu sangat strategis. Anak-anak sekolah, yang selama masa pandemi harus berjuang dengan tugas-tugas daring tanpa akses internet, kini bisa belajar dengan lebih mudah.
“Kebetulan menara ini berdiri di tanah hibah yang sebelumnya diberikan kepada Dinas Pendidikan Kukar,” jelasnya.
Andri menyebutkan, lokasi tersebut sangat tepat karena sinyal internet akan sangat mendukung kegiatan belajar-mengajar di sekolah ini.
Meski baru satu menara, dia berharap, sinyal tersebut akan merambat ke seluruh sudut desa masih menggantung.
Beberapa bagian desa masih belum terjangkau, tetapi aspirasi itu telah disampaikan ke pemerintah daerah.
Upaya pemerintah daerah dalam menghadirkan sinyal ke desa-desa terpencil itu bukanlah hal kecil.
Pembangunan menara repeater di sembilan desa tahun ini adalah bagian dari rencana yang lebih besar untuk menghubungkan seluruh wilayah Kukar.
Dari Desa Kayu Batu yang kini bisa menikmati sinyal 4G, hingga dusun-dusun terpencil yang masih menunggu giliran, perjalanan menuju daerah yang bebas dari blank spot terus berlanjut.
Selain Desa Kayu Batu dan Sungai Bawang, tujuh desa lain yang dibangunkan menara repeater pada 2024, meliputi Dusun Tanjung Berukang Desa Sepatin, Kecamatan Anggana; Desa Rebak Rinding, Desa Perian, Kecamatan Muara Muntai; Desa Santan Ulu, Desa Santan Tengah, Kecamatan Marang Kayu; Desa Wisata Sungai Bawang, Kecamatan Muara Badak; Dusun Sungai Tempurung Desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana; dan Dusun Malong Desa Lamin Telihan, Kecamatan Kenohan.
Dengan berdirinya menara-menara itu, harapan baru terbit di setiap sudut desa yang dulunya tenggelam dalam keterisolasian.
Teknologi kini hadir bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi sebagai penggerak perubahan yang lebih luas, menghubungkan, memberdayakan, dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat di ujung-ujung Kukar.