KOMPAS.com - Juru Bicara (Jubir) Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Hasan Nasbi, mengatakan, semua pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) memungkinkan untuk menang satu putaran di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Bahkan, kata dia, setiap pasalangan calon (paslon) sudah menarasikan satu putaran di setiap kampanyenya. Hal ini sah-sah saja, kendati klaimnya harus terus diperbarui dengan survei dari waktu ke waktu.
“Diantaranya semua kandidat secara bersamaan punya ide yang sama, mau satu putaran dan mereka yang menang. Tidak apa, itu wajar. Kita juga ingin satu putaran,” kata Hasan dalam siaran persnya, Selasa (19/12/2023)
Hal tersebut dikatakan Hasan dalam acara Nongki Relawan Pengusana Mudah Nasional (Repnas) bertajuk ‘Menakar Pilpres Satu Putaran: Sisi Ekonomi Politik dan Efisiensi Anggaran’ di Menara 9, Gandaria Utara, Jakarta Selatan, Senin (18/12/2023).
Ia mengatakan, berdasarkan hasil sejumlah lembaga survei mengenai tingkat elektabilitas masing-masing paslon, pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD menunjukkan rata-rata di angka 20 persen. Sementara itu, pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka 35-46 persen.
Menanggapi angka tersebut, Hasan menilai kandidat yang paling memungkinkan menang satu putaran adalah pasangan Prabowo-Gibran.
Ia pun menyatakan, siapa yang akan berpeluang menang satu putaran akan terlihat jelas pada hasil survei di bulan Januari.
“Kalau kita bicara chance menurut saya 85-90 persen peluang satu putaran untuk Prabowo-Gibran. Apakah pasangan Anies bisa satu putaran? Bisa, tapi lebih kecil peluangnya karena angkanya masih kecil," kata Hasan Nasbi.
"Apakah Mas Ganjar bisa? Tentu bisa, tapi peluang lebih kecil karena angkanya masih kecil. Yang sama-sama besar peluangnya adalah Prabowo-Gibran satu putaran. Pasangan Anies dan Mas Ganjar bisa kalah satu putaran,” ujarnya.
Lebih jauh, Hasan menegaskan bahwa akan lebih baik jika pilpres bisa diselesaikan dengan satu putaran. Alasannya adalah agar tidak terjadi pertengkaran dan buruk sangka yang berlarut-larut.
Dia bahkan menyesalkan berbagai macam berita bohong atau hoaks yang terus menyerang Prabowo-Gibran.
“Yang saya sedih itu dulu teman-teman yang mengaku sebagai korban hoaks, sekarang jadi pelaku hoaks. Hoaks pertama ketika Gibran tidak tahu data soal makan gratis bermanfaat untuk 400 juta. Padahal warga negara cuma 200 juta, karena video ini sudah dipotong,” tegasnya.
Panel Ahli dari Katadata Insight Center, Mulya Amri yang turut hadir dalam acara tersebut mengungkapkan, hasil survei yang dilakukan oleh pihaknya menyatakan bahwa pemilih Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dapat beralih kepada capres nomor urut 2 Prabowo-Gibran.
Ia menjelaskan, saat survei, para responden dilemparkan pertanyaan, apakah orang-orang yang memilih PDI-P akan mengalihkan dukungannya dari Ganjar Pranowo ke Prabowo Subianto? Hasilnya, dinyatakan bahwa pendukung Ganjar dapat memilih Prabowo dalam Pilpres 2024.
"Dan ternyata di situ jawabannya 58 persen iya. Jadi masih ada kemungkinan dari pihaknya Prabowo-Gibran untuk terus menarik simpati dari pemilih PDI-P," ujar Mulya.
Mulya melanjutkan, dalam pertanyaannya juga disebut orang-orang pendukung Jokowi memungkinkan untuk memilih paslon nomor urut 2 pada Pilpres 2024.
Baca juga: Survei Litbang Kompas: Melonjaknya Suara Prabowo-Gibran dan Beralihnya Pendukung Jokowi
"Kemudian kita tanya lagi, bagaimana orang-orang yang pemilih Jokowi, apakah menurut Anda akan mengalihkan dukungannya atau memastikan dukungannya ke Prabowo-Gibran? Dan jawabannya 63 persen bilang iya," katanya.
Menurutnya, Prabowo-Gibran memiliki ruang besar untuk dapat menggerus suara dari kalangan PDI-P.
"Jadi masih ada ruang Prabowo-Gibran punya banyak ruang, bahkan saya bilang untuk mengambil kantong-kantong tadi. Jadi ada kemungkinannya untuk naik ke atas, ada," kata Mulya.
Adapun untuk paslon-paslon lain, Mulya mengatakan, kemungkinan perolehan elektabilitasnya akan naik ke atas.
"Namun kalau melihat data secara statistik paling memungkinan ya paslon Prabowo-Gibran," sambung Mulya.
Sayangnya, Mulya Amri tak mengungkap periode dan jumlah responden survei lembaganya secara spesifik.