KOMPAS.com - Ketua Relawan Pengusaha Muda Nasinal (Repnas) Anggawira berharap pemilihan presiden (pilpres) 2024 berlangsung satu putaran demi menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian baik global maupun dalam negeri.
" Pilpres satu putaran membawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Kami harap, satu putaran ini bisa menjadi hal positif dalam akselerasi program yang ada," kata Anggawira dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (19/12/2023).
"(Dengan pilpers satu putaran) tren pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen dapat meningkat jika peredaran uang semakin besar. Terobosan kebijakan finansial ini sangat penting," tambah Anggawira.
Hal tersebut dikatakan Hasan dalam acara Nongki Relawan Pengusana Mudah Nasional (Repnas) bertajuk ‘Menakar Pilpres Satu Putaran: Sisi Ekonomi Politik dan Efisiensi Anggaran’ di Menara 9, Gandaria Utara, Jakarta Selatan, Senin (18/12/2023).
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, hingga September 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5 persen.
Pada kuartal pertama 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,03 persen. Pada kuartal kedua, pertumbuhan tersebut meningkat menjadi 5,17 persen. Sementara pada kuartal ketiga, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat dan turun menjadi 4,94 persen.
Baca juga: Narasi Pilpres Satu Putaran, TKN: Prabowo-Gibran Paling Memungkinkan
Selain mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, Anggawira menilai, pilpres yang berlangsung satu putaran juga dapat mempercepat program-program pemerintah yang sedang berjalan.
“Kalau satu putaran peluang untuk mengakselerasi program-program yang ada bisa lebih cepat lagi,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Gerakan Sekali Putaran (GSP) M Qodari menjelaskan, Pilpres 2024 satu putaran dapat menghemat biaya hingga Rp 17 triliun.
Ia mengatakan, dana tersebut nantinya dapat digunakan untuk kebutuhan mendesak, termasuk subsidi bagi rakyat yang membutuhkan.
Menurutnya, pilpres satu putaran dapat menjaga stabilitas dalam negeri dan meminimalisir ancaman polarisasi di masyarakat.
Qodari mengaku khawatir terhadap ancaman polarisasi yang semakin besar. Pasalnya, apabila putaran kedua dilaksanakan dapat berpotensi memicu pertarungan antara Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
"Polarisasi ini potensinya besar. Akan muncul isu seperti primodial dan agama antara kedua Calon Presiden (Capres)," ujarnya.
Baca juga: TKN Prabowo-Gibran Sebut Perempuan Adalah Pahlawan Keluarga