LAMPUNG, KOMPAS.com - Ketua Umum (Ketum) Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan ( Zulhas) membantah dirinya melakukan kampanye "colongan" dalam acara yang diadakan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Republik Indonesia (RI) di Convention Hall Terminal Tirtonadi, Surakarta, Rabu (31/1/2024).
Pada acara Digitalisasi Pasar Rakyat: Strategi Pedagang/UMKM Naik kelas tersebut, Zulhas yang hadir sebagai Menteri Perdagangan (Mendag) sempat bertanya terkait pilihan calon presiden (capres) di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
“Kita menjaga pemilu damai. Jangan suka marah-marah. Lebih bagus gembira saja. Pilih gembira apa pilih marah-marah. Pilih joget, apa pilih marah-marah? Emang capresnya siapa sih sini?” kata Zulhas di hadapan Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) kemarin.
Pertanyaan itu disambut para peserta dengan meneriakkan nama Prabowo serta acungan dua jari secara serempak.
Hal tersebut, menurut Zulhas bukanlah kampanye. Ia menilai teriakan nama "Prabowo" oleh para peserta adalah hal yang wajar, meninggat Prabowo adalah Dewan Pembina APPSI.
“Kami enggak ada kampanye. Itukan pertemuan dengan pedagang. Bersama dengan Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI). Yang dewan pembinanya namanya Pak Prabowo,” kata Zulhas usai menghadiri Pengajian Akbar Memperingati Isra Mi'raj Nabi Besar Muhammad SAW bersama Gus Miftah di Natar, Lampung, Kamis (1/2/2024).
“Rupanya yang bilang Prabowo-Prabowo itu mereka semua. Karena Dewan Pembinanya bernama Prabowo Subianto. Jadi wajarlah mereka mengidolakan pembinanya. Kan kami hanya nanya,” tambahnya.
Pada acara Kemendag di Surakarta itu, Zulhas membuka pidatonya tentang keadaan geopolitik dunia yang menyebabkan banyaknya harga di pasaran meningkat. Sebab itu, para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan pasar tradisional harus bangkit dan melek teknologi.
"Sekarang ilmunya ini digitaliasasi. Kalau ketinggalan jadi dinosaurus," ujar Zulhas.
Baca juga: Mendag Zulhas Sebut UMKM dan Pasar Rakyat sebagai Tulang Punggung Ekonomi Indonesia
Ia juga lebih banyak membahas soal empat pilar yang bisa membantu ekosistem pedagang yang lebih sehat, yakni integrasi antara retail moderen, pelaku e-commerce, lembaga perbankan, dan UMKM.
"Digitalisasi keniscayaan. Retail moderen juga jangan sampai merugikan. Pelaku UMKM juga jangan terjerit pinjaman rentenir," ujarya. (Muhammad Fikri)