KOMPAS.com – Maraknya kasus tawuran serta perundungan di sekolah-sekolah, terutama di Jakarta, merupakan tanda bagi institusi keluarga dan pendidikan untuk memperketat pendidikan kepribadian anak.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta Zita Anjani menyatakan bahwa tenaga pendidik bisa meneladani positive education atau pendidikan positif ala Finlandia.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengatakan, salah satu keunggulan positive education adalah adanya pendampingan anak lewat mentor yang bisa jadi teman diskusi siswa.
"Nah, ada juga yang namanya positive pals atau sahabat positif yang sifatnya antarsiswa. Menurut saya, hal seperti ini bisa banget diterapkan di sekolah-sekolah negeri,” ungkap Zita melalui siaran persnya, Jumat (1/3/2024).
Sebagai perempuan yang memiliki latar belakang di bidang pendidikan, Zita menambahkan bahwa nilai-nilai yang terdapat dalam positive education juga selaras dengan Kurikulum Merdeka yang akan dijadikan kurikulum nasional pada 2026 mendatang.
Baca juga: Pemprov DKI Jakarta Renovasi Gelanggang Remaja, Zita Anjani Harap Pemuda Raih Prestasi
“Esensi dari Kurikulum Merdeka itu kan di fleksibilitas bagi pendidik dan satuan pendidikan untuk menumbuhkembangkan cipta, rasa, dan karsa peserta didik," ujar Zita.
"Menurut saya, ini cocok banget sama positive education yang berfokus sepenuhnya pada minat, potensi, serta kepribadian dan karakter anak didik,” tambah Zita.