KOMPAS.com - Bakal calon presiden (bacapres) yang diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan menghadiri pagelaran wayang Parikesit Jumeneng Ratu, Minggu (27/8/2023).
Acara yang digelar Partai Keadilan Sejahtera ( PKS) tersebut dibawakan oleh dua dalang maestro Indonesia, yakni Ki Anom Suroto dan Ki Bayu Aji.
Pada kesempatan itu, Anies mengapresiasi PKS yang telah menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan dan meneruskan warisan budaya Indonesia.
"Izinkan kami secara khusus menyampaikan apresiasi karena telah kesekian kalinya. PKS menyelenggarakan pagelaran wayang kulit. Kita beri tepuk tangan untuk PKS," ucap Anies melalui keterangan persnya, Senin (28/8/2023).
Baca juga: Survei Litbang Kompas: Militansi Simpatisan Anies Baswedan Paling Tinggi
Pernyataan Anies itu kemudian disambut tepuk tangan meriah ratusan penonton yang hadir menonton pagelaran wayang di halaman parkir Kantor Dewan Pimpinan Tingkat Pusat (DPTP) PKS, Jakarta.
Menurut Anies, masyarakat memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan mengembangkan kesenian wayang kulit.
"Apalah artinya pagelaran wayang kulit ketika tidak ada penonton, karena itu kita beri tepuk tangan bagi yang hadir menonton. Kehadiran penonton sama pentingnya dengan yang menanggap, dalang, dan tim karawitan. Ini adalah sebuah kesatuan yang luar biasa," tuturnya.
Wakil Ketua Majelis Syura PKS Hidayat Nur Wahid menyebutkan, sosok Parikesit dalam cerita wayang menggambarkan perubahan dan regenerasi kepemimpinan.
Baca juga: Relawan JAGA Deklarasi Dukungan ke Anies Baswedan di Gedung Nasdem
"Lakon yang sengaja dipilihkan adalah lakon yang amat sangat korelatif dan amat sesuai dengan apa yang kita pikirkan dan apa kita perjuangkan bersama, yaitu Parikesit Jumeneng Ratu. Kita mengetahui bahwa ini adalah sebuah cerita tentang bagaimana regenerasi kepemimpinan terjadi," tutur Hidayat yang turut hadir dalam acara tersebut.
Pria yang akrab disapa HNW itu menjelaskan, Parikesit adalah generasi cucu Amarta yang memenangkan Perang Baratayuda.
"Beliau adalah cucu Arjuna dan putra dari Abimanyu Angkawijaya dengan sang istri, Dewi Utari. (Parikesit) adalah cucu yang kemudian terbukti melanjutkan kehidupan berbangsa dan bernegara pada era itu," paparnya.
HNW berharap, lakon cerita Parikesit bisa menghadirkan inspirasi dan harapan bersama pemimpin yang membawa perubahan dan kemajuan seperti yang dicita-citakan para pendiri bangsa.
Baca juga: Sampaikan Pesan ke Relawan, Anies Baswedan: Tugas Kita Besar, tapi Insya Allah Tidak Berat
"Kita berharap semua ini memberikan inspirasi bahwa perubahan dan regenerasi kepemimpinan adalah hal yang wajar dan menjadi bagian dari budaya yang bisa dihayati dengan lebih baik," tuturnya.
Dia melanjutkan, pagelaran wayang kulit yang diselenggarakan PKS merupakan bentuk rasa syukur atas kemerdekaan Republik Indonesia (RI).
Penyelenggaraan wayang, sebut dia, menunjukkan bahwa PKS tidak hanya menjalankan politik praktis atau pemilihan umum (pemilu) saja, tetapi juga politik kebudayaan.
"PKS mensyukuri karunia Allah yang bernama kemerdekaan Indonesia sekaligus mensyukuri bahwa Allah memberikan kita karunia nikmat untuk bisa menikmati Indonesia merdeka melalui menikmati kebudayaan yang ada di Indonesia," ujarnya.
Baca juga: Diduetkan dengan Anies Baswedan, Ganjar: Sah, Enggak Apa-apa
Menurutnya, kebudayaan merupakan salah satu alat yang tepat untuk memelihara kehidupan berbangsa dan bernegara.
" Wayang kulit adalah budaya Indonesia yang sudah diakui United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya dunia," tuturnya.