Kisah Lengkap Risma Tutup Gang Dolly, dari Dapat Ancaman hingga Restu Para Kiai

Kompas.com - 05/11/2024, 20:17 WIB
Inang Sh ,
A P Sari

Tim Redaksi

Calon Gubernur (Cagub) Jawa Timur (Jatim) nomor urut 3 Tri Rismaharini didampingi calon Wakil Bupati Jember Muhammad Balya Firjaun Barlaman usai Konsolidasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Jember, Selasa (5/10/2024). DOK. Humas PDI-P Calon Gubernur (Cagub) Jawa Timur (Jatim) nomor urut 3 Tri Rismaharini didampingi calon Wakil Bupati Jember Muhammad Balya Firjaun Barlaman usai Konsolidasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Jember, Selasa (5/10/2024).

KOMPAS.com - Calon Gubernur (Cagub) Jawa Timur (Jatim) nomor urut 3 Tri Rismaharini menceritakan kisahnya menutup lokalisasi prostitusi terbesar di Surabaya Dolly. 

Mantan Wali Kota Surabaya itu mengatakan, ada enam lokalisasi prostitusi di Surabaya yang dia tutup satu persatu. 

Sebenarnya yang saya tutup di Surabaya, bukan Dolly saja, Dolly yang terakhir, yang terbesar,” ujarnya didampingi calon Wakil Bupati Jember Muhammad Balya Firjaun Barlaman usai Konsolidasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Jember, Selasa (5/10/2024). 

Risma mengatakan, selama proses penutupan itu, dia harus menyiapkan bagaimana mereka beralih pekerjaan.

Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu pun menjelaskan keputusan menutup lokalisasi yang sudah melegenda itu.

"Awalnya saya menemukan anak-anak, trafficking, pelacuran anak, dan kondisi sosial yang saya tidak bisa jelaskan,” katanya dalam siaran pers. 

Baca juga: Kunjungi Jember, Risma Janjikan Sekolah Gratis dan Bangun Fasilitas Baru Kemoterapi

Bahkan, kata dia, sesama anak berhubungan suami istri sehingga dilihat anak-anak yang lain dan menjadi hal biasa. Tak hanya itu, mereka juga mengajak anak-anak dari luar wilayah. 

“Saya berpikir, kalau dibiarkan, maka akan ada kerusakan moral yang ada di anak-anak Surabaya. Nah itu ketakutan saya," bebernya.

Dia menjelaskan, ketika kasus trafficking tersebut dibawa ke kepolisian, penelusuran itu memiliki benang merah ke tempat lokalisasi sehingga diputuskan untuk ditutup. 

“Saya butuh persiapan-persiapan karena mereka pasti butuh untuk makan dan sebagainya," tambahnya.

Menghadapi pertentangan

Risma juga menceritakan momen jelang penutupan karena dia menerima ancaman dan perlawanan.

"Kalau ancaman banyak sekali. Yang mau bunuh saya, keluarga saya, bahkan secara fisik dan nonfisik secara terang-terangan bukan hanya sekedar ancaman,” ujarnya. 

Baca juga: Komitmen Risma-Gus Hans untuk Jatim, Mulai dari Pendidikan hingga Kesejahteraan UMKM

Namun, mantan Menteri Sosial itu bertekad untuk terus melakukannya dia tahu masalahnya dan jika tidak dikerjakan dia akan mempertanggungjawabkannya di akhirat. 

Bahkan, dua kepala dinasnya menghadap dia karena mendapatkan ancaman yang begitu keras. 

“Saya tanya ‘Mau apa kamu? Mau meminta saya menunda atau membatalkan?’ Mereka jawab ragu-ragu ‘Iya bu’,” katanya.

Mendengar jawaban itu, Risma meminta keduanya tidak perlu membantu karena dia yang akan di depan dalam proses penutupan. 

“Saya jawab begitu karena bagi saya kehancuran masa depan anak-anak pertanggungjawabannya lebih besar di hadapan Tuhan kelak," sebut Risma.

Risma mengatakan, dia yang akan memimpin anak buah kedua kepala dinas tersebut dan meminta peralatan untuk menghadapi perlawanan atau demo.

Baca juga: Kagum dengan Keindahan Batik Probolinggo, Risma: Bawa Kekuatan Lokal, Patut Dibanggakan

"’Tidak, Bu. Kalau ibu sudah siap tak takut mati, ya, kami siap. Itu kata mereka’. Ngapain aku takut mati. Sudah ada takdirnya kapan saya akan mati, dengan posisi seperti apa. Kemudian, kami jalan sama-sama," jelasnya.

Restu para kiai

Kurang lebih satu minggu sebelum penutupan, Risma diundang beberapa kiai, meskipun ada beberapa kiai datang menantangnya.

"’Apa kamu berani menutup lokalisasi?’ Saya jawab saya berani. ‘Apa yang perlu kami bantu?’ Tidak, karena ini bagi saya urusan umaro,” ungkapnya. 

Risma mengaku dibantu kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dia mengaku yakin bisa menyelesaikan penutupan Dolly. 

“Saya takut kalau terjadi pertumpahan darah maka impact-nya kemana-mana," katanya.

Kemudian, Risma diundang kiai pada Hari Lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang dan para kiai kembali bertanya apakah Risma berani menutup Dolly.

Baca juga: Risma: Keberhasilan Pemimpin Bukan Diukur dari Banyaknya Trofi, tapi Penderitaan Rakyat

"Ada sembilan kiai yang menanyakan ‘kamu berani menutup Dolly?’. Saya jawab saya berani dan sudah saya persiapkan semuanya,” ungkapnya. 

Saat ditanya apa kesiapannya, dia menjawab dibantu TNI dan Polri sehingga pada harinya dia pastikan akan ditutup.

“Saya ditanya ‘siapa kamu, kok berani menutup lokalisasi?’. Saya jawab saya anak bapak dan ibu saya’. Saya sebutkan nama bapak dan ibu saya," katanya.

Dia pun sempat ditanya keturunan siapa. Salah satu pengurus NU yang masih saudaranya menjelaskan silsilah keluarga Risma. 

Usai sembilan kiai itu membahasnya, mereka kemudian menemui Risma dan mengatakan ‘oh, keturunan panglima perang. Wis, Mbak, berangkat. Kami semua merestui. 

“Paling kalau kamu ditahan pasti juga akan ngotot karena kamu keturunan panglima perang yang biasa berperang. Kami doakan saja kamu untuk proses penutupan’," ucapnya.

Baca juga: Risma Berkomitmen Libatkan Birokrasi untuk Bantu Atasi Permasalahan Rakyat Kecil di Jatim

Penutupan Dolly

Pada saat penutupan Dolly satu dasawarsa lalu., kehadiran Risma sengaja dipakai untuk memancing. 

"Jadi, Bu Risma ada di sini. Mereka menyerang di sana, bakar-bakar ban. Kemudian ditembak gas air mata. Saya muncul dari sisi utara. Setelah itu ada yang melihat. Kemudian mereka ke arah utara, saya berada di Selatan," jelasnya.

Kemudian, dia memimpin penutupan Gang Dolly dengan keyakinan bahwa tindakan itu ada di jalan Allah sehingga tidak perlu takut. 

Risma menceritakan, usai penutupan Dolly, dia membuat program memang sesuai keinginan warga.

"Sesuai keinginan mereka. Passion mereka. Ada yang di bidang batik. Ada membuat sablon, sandal, makanan, menjahit, dan sebagainya," paparnya.

Apresiasi kepada Risma

Sementara itu, Muhammad Balya Firjaun Barlaman yang akrab dipanggil Gus Firjaun mengaku kaget mendengar bahwa Risma masih ada kaitan dengan KH Hasyim Asyari dan menyatakan apresiasi atas keberaniannya.

"Saya baru tahu ini tadi. Beliau memang sangat gigih dalam merebut kemerdekaan. Makanya semangat panglima perang itu mengalir ditubuh beliau maka itu kita respek sama keberanian beliau,” ungkapnya. 

Baca juga: Wujudkan Birokrasi Bersih, Risma-Gus Hans Tawarkan Program “Resik” di Debat Kedua Pilkada Jatim

Gus Firjaun mengaku hormat dengan ketegasan Risma dalam menjalankan apa yang diyakini kebenarannya.

“Sekali melangkah terus melangkah. Ini yang kami respek. Mudah mudahan beliau panjang umur, diberi kesehatan, memberi manfaat bagi umat," ucapnya.

Terkini Lainnya
Deni Wicaksono: Pikada Tentukan Masa Depan Jatim
Deni Wicaksono: Pikada Tentukan Masa Depan Jatim
PDIPerjuangan Jawa Timur
Hadir Lebih Awal, Risma Nyoblos di TPS 16 Wiyung
Hadir Lebih Awal, Risma Nyoblos di TPS 16 Wiyung
PDIPerjuangan Jawa Timur
Solusi Air Bersih untuk Sidoarjo, Risma Akan Manfaatkan Optimal Potensi Kali Porong
Solusi Air Bersih untuk Sidoarjo, Risma Akan Manfaatkan Optimal Potensi Kali Porong
PDIPerjuangan Jawa Timur
Relawan Anies Baswedan Tulungagung Deklarasikan Dukungan untuk Risma-Gus Hans di Pilkada 2024
Relawan Anies Baswedan Tulungagung Deklarasikan Dukungan untuk Risma-Gus Hans di Pilkada 2024
PDIPerjuangan Jawa Timur
Dukungan Mengalir, Risma Siap Wujudkan Perubahan bagi Petani dan Masyarakat Kecil
Dukungan Mengalir, Risma Siap Wujudkan Perubahan bagi Petani dan Masyarakat Kecil
PDIPerjuangan Jawa Timur
Pendangkalan Sungai di Madiun Kerap Sebabkan Banjir, Ini Solusi Risma
Pendangkalan Sungai di Madiun Kerap Sebabkan Banjir, Ini Solusi Risma
PDIPerjuangan Jawa Timur
Kunjungi Padepokan IKSPI Kera Sakti Madiun, Risma Janji Jaga Keberlanjutan Pencak Silat di Jatim
Kunjungi Padepokan IKSPI Kera Sakti Madiun, Risma Janji Jaga Keberlanjutan Pencak Silat di Jatim
PDIPerjuangan Jawa Timur
Elemen Masyarakat Jatim Desak Netralitas ASN dan Aparat dalam Pilkada, Ini 7 Poin Tuntutannya
Elemen Masyarakat Jatim Desak Netralitas ASN dan Aparat dalam Pilkada, Ini 7 Poin Tuntutannya
PDIPerjuangan Jawa Timur
Berbekal Pengalaman di Surabaya, Risma Akan Normalisasi Kali Porong demi Air Bersih bagi Warga
Berbekal Pengalaman di Surabaya, Risma Akan Normalisasi Kali Porong demi Air Bersih bagi Warga
PDIPerjuangan Jawa Timur
Risma Ikut Berselawat di Surabaya, Jemaah Sebut Rindu akan Kepemimpinannya
Risma Ikut Berselawat di Surabaya, Jemaah Sebut Rindu akan Kepemimpinannya
PDIPerjuangan Jawa Timur
Dorong Kemandirian Perajin Batik Magetan, Risma Tawarkan Bantuan Pelatihan Jahit dan Modal Awal
Dorong Kemandirian Perajin Batik Magetan, Risma Tawarkan Bantuan Pelatihan Jahit dan Modal Awal
PDIPerjuangan Jawa Timur
Risma Janji Wujudkan Fasilitas Pendidikan Setara untuk Pesantren dan Madrasah di JatimĀ 
Risma Janji Wujudkan Fasilitas Pendidikan Setara untuk Pesantren dan Madrasah di JatimĀ 
PDIPerjuangan Jawa Timur
Tanggapi Keluhan Pedagang Pasar di Sidoarjo, Risma Janji Berikan Solusi Konkret
Tanggapi Keluhan Pedagang Pasar di Sidoarjo, Risma Janji Berikan Solusi Konkret
PDIPerjuangan Jawa Timur
Inisiasi Pembangunan Tanggul Pesisir Bangkalan-Sumenep, Risma Dapat Dukungan Masyarakat Setempat
Inisiasi Pembangunan Tanggul Pesisir Bangkalan-Sumenep, Risma Dapat Dukungan Masyarakat Setempat
PDIPerjuangan Jawa Timur
Ingatkan Masyarakat Jatim Pilih Pemimpin Amanah, KH Imron Fauzi: Risma Telah Membuktikan di Surabaya
Ingatkan Masyarakat Jatim Pilih Pemimpin Amanah, KH Imron Fauzi: Risma Telah Membuktikan di Surabaya
PDIPerjuangan Jawa Timur
Bagikan artikel ini melalui
Oke