KOMPAS.com – Ketua Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Said Abdullah mengaku optimistis bahwa penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 akan memberikan insentif pada sektor riil.
Apalagi, kata dia, keseluruhan indikator ekonomi nasional pada kuartal I-2023 menunjukkan angka positif.
“Pemilu akan mendorong konsumsi oleh semua kontestan, baik peserta Pemilihan Presiden (Pilpres), maupun Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (20/5/2023).
Said mengungkapkan, kondisi perekonomian nasional menunjukkan kinerja positif pada kuartal I-2023 dengan pertumbuhan mencapai 5,03 persen year on year (yoy).
Menurutnya, kebijakan mengakhiri pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mampu menggerakkan sektor transportasi, akomodasi, restoran, dan jasa lainnya. Dengan begitu, sektor tersebut mencatatkan kinerja pertumbuhan paling tinggi.
Baca juga: Pemerintah Optimistis Rebana Jadi Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Baru di Jabar
“Sektor transportasi dan pergudangan pada kuartal I-2023 tumbuh 15,93 persen, akomodasi, dan restoran tumbuh 11,55 persen, sedangkan jasa lainnya 8,9 persen,” ujar Said.
Dari sisi konsumsi, lanjut dia, semua sektor menunjukkan pertumbuhan positif.
Adapun rinciannya, konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2023 tumbuh 4,54 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi 2,1 persen, ekspor 11,68 persen, konsumsi pemerintah 3,99 persen, dan impor juga tumbuh 2,77 persen.
“Meskipun berbagai harga komoditas ekspor andalan kita tidak tinggi seperti tahun lalu (2022), namun kinerja neraca perdagangan kita masih berada di angka surplus sebesar 12,19 miliar dollar AS,” imbuh Said.
Baca juga: Angka Pengangguran Indonesia Februari 2023 Berkurang Jadi 7,99 Juta Orang
Tingkat pengangguran nasional menurun
Ia mengungkapkan, ekonomi nasional tumbuh lebih baik dibandingkan negara maju. Pertumbuhan ini berdampak pada penyerapan angkatan kerja, sehingga menurunkan tingkat pengangguran nasional.
Pada kuartal I-2023, kata Said, tingkat pengangguran nasional turun lebih dari 430.000 orang, atau dari 8,42 juta pada 2022 menjadi 7,99 juta orang.
“Saya berkeyakinan, pertumbuhan ekonomi nasional pada 2023 bisa mencapai 5,1 sampai 5,3 persen,” ucapnya.
Dengan keyakinan tersebut, lanjut Said, asumsi pertumbuhan ekonomi 2024 sebesar 5,3 sampai 5,7 persen cukup realistis. Namun, untuk mencapai persentase ini harus disertai best effort.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi pada 2024 dalam rentang yang diusulkan pemerintah ada pada kisaran 5,4 sampai 5,5 persen.
Baca juga: Jekek Sebut Ekonomi Wonogiri Tumbuh 5,63 Persen, Melebihi Jateng dan Nasional
Sebelumnya, pemerintah melalui Menteri Keuangan (Menkeu) telah mengajukan dokumen Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (PPKF) dan Kerangka Ekonomi Makro (KEM) 2024 kepada DPR.
Di tengah situasi ekonomi global yang masih melambat, pertumbuhan ekonomi negara maju, seperti Tiongkok, tumbuh 4,5 persen pada kuartal I-2023. Kemudian, Uni Eropa 1,3 persen, Jepang 1,3 persen, Amerika Serikat (AS) 1,6 persen, dan India 4,1 persen.
Selain catatan pertumbuhan ekonomi nasional, Said memaparkan inflasi Indeks Harga konsumen (IHK) mengalami penurunan, dari Maret di level 4,97 persen menjadi 4,3 persen pada April 2023.
Padahal, tekanan inflasi sempat membayangi perekonomian nasional karena adanya kebijakan agresif The Fed. Kebijakan menaikkan suku bunga acuan ini akhirnya mampu ditangkis dengan baik oleh Bank Indonesia (BI) dan pemerintah.
Baca juga: Kasus Serangan Ransomware di Indonesia, BI Pernah Jadi Sasaran
“Melihat tren laju inflasi yang turun, saya perkirakan inflasi pada 2023 mencapai sekitar 4 persen,” jelas Said.
Perkiraan itu, ia sampaikan dengan mempertimbangkan peningkatan konsumsi sektor riil karena perhelatan Pemilu 2024. Dari peningkatan ini, menurut Said, masuk akal jika perhitungan inflasi pada 2024 di kisaran 3 persen.
Selain inflasi, Said mengaku optimistis kurs rupiah terhadap dollar AS pada 2024 bisa bertahan dalam kisaran Rp 14.600 sampai Rp 14.900.
Ia mengatakan, saat ini pun rupiah mengalami penguatan secara konsisten terhadap dollar AS di kisaran Rp 14.600 sampai Rp 14.800.
Baca juga: Polisi: Uang 100 Dollar AS Palsu Dijual Rp 140 Juta Per 100 Lembar
Kecenderungan rupiah yang terus perkasa berhadapan dengan dollar AS terjadi akibat krisis perbankan di AS sejak jatuhnya Silicon Valley Bank dan kemungkinan secara beruntun disusul oleh First Republic Bank dan Pacwest Bancorp.
“Mimpi buruk negara Paman Sam masih berlanjut dengan terancamnya gagal bayar utang mereka, hal ini membuat investor kian ragu memegang dollar AS,” ucap Said.
SBN akan diminati oleh investor
Pada kesempatan tersebut, Said mengatakan, Surat Berharga Negara (SBN) sebagai tulang punggung pembiayaan akan diminati oleh investor dalam dan luar negeri.
Ia meyakini, para investor akan berminat karena credit rating Indonesia dibuat oleh lembaga pemeringkat seperti Fitch, S&P, Moody’s yang masuk kategori stable.
“Saya perkirakan SBN 10 tahun pada tahun depan akan menguat di level 6,5 sampai 6,9 persen, dibanding 2022 dengan rata-rata di atas 7 persen,” imbuh Said.
Baca juga: Nasabah Bank Mandiri Bisa Pesan SBN Ritel di Aplikasi Livin, Ini Caranya
Dalam kesempatan tersebut, ia menyetujui usulan pemerintah dalam mengajukan asumsi harga minyak pada 2024 di level 85 dollar AS per barrel.
Menurut Said, usulan tersebut sangat realistis, meski masa booming harga minyak telah lewat. Pada kuartal I-2023 terjadi tren penurunan harga minyak di level 75 sampai 80 Dollar AS per barel.
“Tantangan harus kita hadapi melihat kecenderungan lifting minyak dan gas (migas) bumi yang terus turun,” ujar Said.
Ia menilai target lifting minyak bumi pada 2023 sebesar 660.000 per barrel per hari dan lifting gas bumi sebesar 1.100 barrel per hari setara minyak bumi sulit tercapai.
Pada kuartal I-2023 realisasi lifting minyak bumi mencapai 614.000 barrel per hari. Meskipun meningkat dibanding periode kuartal I-2022 sebesar 612.000 barrel per hari, namun realisasi pada kuartal I-2023 masih di bawah target.
Baca juga: Bensin, Fraksi Minyak Bumi Terbanyak
“Oleh sebab itu, target realistis lifting minyak bumi pada 2024 saya perkirakan di level 615.000 barrel per hari,” jelas Said.
Sementara itu, lanjut dia, target lifting gas bumi juga masih dibawah target. Pasalnya, realisasi pada kuartal I-2023 baru mencapai 88 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023.
“Karena itu saya mengusulkan target lifting gas bumi di level 1.000 barrel setara minyak bumi pada 2024,” imbuh Said.