Jokowi Tanggapi Kritik Rocky Gerung dengan Fokus Kerja, Said Abdullah Minta Pendukung Jokowi Menirunya

Kompas.com - 07/08/2023, 20:13 WIB
Dwi NH,
A P Sari

Tim Redaksi

Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Jawa Timur (Jatim) Said Abdullah.
DOK. Humas PDI-P Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Jawa Timur (Jatim) Said Abdullah.

KOMPAS.com - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Jawa Timur (Jatim) Said Abdullah mengapresiasi sikap Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) yang memilih bekerja menuntaskan janjinya kepada rakyat meski dikritik oleh pengamat politik Rocky Gerung.

Beberapa waktu lalu, Rocky Gerung membuat heboh publik menyusul ucapan “bajingan tolol” yang diarahkannya kepada Jokowi. Pernyataan ini lantas dilaporkan ke polisi oleh beberapa kalangan karena dianggap telah menghina Presiden Jokowi.

Said mengungkapkan bahwa Presiden Jokowi menanggapi kritik tersebut dengan kalem dan menganggap hal ini merupakan masalah kecil.

“Pilihan sikap Presiden Jokowi yang terkesan 'acuh' sesungguhnya kritik balik metaforik terhadap Pak Rocky,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (7/8/2023).

Said menjelaskan, sikap Presiden Jokowi apabila dilihat dari paham kultur Jawa mencerminkan mental pangemong, sosok yang mencapai kedewasaan dan kecerdasan emosional tinggi.

Baca juga: Sang Paman Ungkap Sosok Zidan, Mahasiswa UI yang Dibunuh Seniornya, Pendiam dan Mahir Berbahasa Rusia

Menurutnya, sikap tersebut seharusnya ditiru oleh para pendukung Presiden Jokowi.

“Tidak perlu reaksi berlebihan, apalagi riuh rendah nasional hanya karena ucapan Pak Rocky. Ada pepatah, anjing menggonggong kafilah berlalu. Tidak perlu berlebihan, apalagi seolah menjadi paramiliter dan penggebuk untuk menunjukkan loyalitas kepada Presiden Jokowi,” imbuh Said.

Sikap berlebihan seperti itu, lanjut dia, malah bertolak belakang dengan keteladanan yang dicontohkan oleh Presiden Jokowi.

Menurut Said, jiwa besar dan jiwa kerdil pada akhirnya akan tampak sejalan dengan waktu.

Ia meyakini bahwa publik bisa membedakan antara kritik otentik yang disemangati jiwa pengabdian dan lontaran kebencian yang dibungkus dengan dalil-dalil akademis.

Baca juga: Pengertian Jurnal, Fungsi dan Jenis-jenisnya dalam Dunia Akademis

“Publik juga bisa menilai motif politik dari lontaran cacian yang dikemas kritik itu. Kita tahu, sesungguhnya hal itu untuk meruntuhkan kepercayaan publik yang sedemikian tinggi terhadap Presiden Jokowi,” jelas Said.

Said mengatakan bahwa ada beberapa pihak yang merasa pusing tujuh keliling, apalagi mendekati Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Para pihak tersebut, kata dia, menginginkan pemerintahan yang seharusnya lame duck karena jelang akhir kekuasaan malah mendapatkan approval rating tinggi.

“Tiada pilihan, menjatuhkan citra Presiden Jokowi adalah sasaran utama mereka," tuturnya.

Baca juga: Presiden Jokowi Resmikan Indonesia Arena: Untuk Olahraga, tapi Konser Juga Penting

Dengan legitimasi yang rendah, lanjut dia, mereka pikir Presiden Jokowi tidak lagi memiliki kekuatan daya elektoral untuk menopang calon presiden (capres) yang didukungnya. Hal ini pun merupakan titik tembak utama menuju Pemilu 2024.

“Presiden Jokowi malah memiliki tangkisan yang cerdas. Bukan melorot legitimasinya dari rakyat. Sebaliknya, rakyat malah melihat perlakuan kasar itu menimbulkan simpati rakyat yang kian tinggi. Permainan ini tentu saja dimenangkan oleh Presiden Jokowi,” tuturnya.

Ruang publik sebagai pranata penting dalam demokrasi

Pada kesempatan tersebut, Said menuturkan bahwa ruang publik adalah “pranata” penting dalam demokrasi.

Baca juga: Tunjukkan Keakraban dengan Ganjar, Anies: Lawan dalam Pemilu adalah Teman Demokrasi

“Balik ke soal riuh rendahnya publik atas lontaran keras Pak Rocky, ada satu hal yang mencemaskan saya. Apakah itu? Ruang publik kita bising, tidak sehat, dan energi sosial sirna untuk sesuatu yang absurd,” ucapnya.

Situasi tersebut, lanjut dia, harus dipupuk, disemai oleh diskursus yang memberi teladan, dan menumbuhkan keadaban publik.

Dalam negara demokrasi, kata Said, ruang publik tidak boleh dikendalikan oleh otoritas kekuasaan, seperti yang pernah terjadi pada masa Orde Baru. Hal ini seperti yang berulang kali diingatkan oleh filsuf dan sosiolog dari Jerman, Jurgen Habermas.

“(Dalam) ruang publik harus dibangun kesetaraan komunikasi publik yang rasional. Ruang publik juga tidak boleh diisi oleh sikap mental anarkistis, karena akan menjauhkan pembentukan kesadaran bersama antara penutur dengan lawan bicaranya. Padahal kesadaran bersama itulah modal terbentuknya konsensus sosial,” ucapnya.

Baca juga: Soal Pertemuan Thailand dengan Junta Myanmar, RI: Pendekatan Satu Pihak Tak Sesuai 5 Poin Konsensus

Ia mengungkapkan bahwa ada tiga kata kunci dalam ruang publik demokratis yang dipikirkan oleh Habermas.

Kata kunci tersebut adalah setara dan rasional, serta dituturkan melalui semangat untuk membentuk kesadaran bersama.

“Rasionalitas praksis inilah yang diimpikan oleh Habermas akan melahirkan konsensus sosial. Konsensus sosial lah yang akan mengubah tatanan lama ke tatanan baru yang lebih baik,” jelas Said.

Ia mengungkapkan bahwa pilihan kritik yang disampaikan Rocky Gerung akan menjauhkan dari rasionalitas praksis dan menghapus harapan munculnya konsensus sosial untuk pranata yang lebih baik.

Baca juga: Tanpa Konsensus Menteri Keuangan G20 di India

Demikian halnya sikap reaksi berlebihan sebagian pendukung Jokowi juga mendefisitkan upaya membangun ruang publik yang sehat.

“Alih-alih meneladani sikap Presiden Jokowi, pilihan sikapnya justru bisa membuka kritik baru, yakni soal fanatisme sempit,” ucap Said.

Meski begitu, lanjut dia, kondisi tersebut merupakan jalan yang harus dilalui menuju tatanan demokrasi deliberatif. Jenis demokrasi ini ditegakkan melalui berbagai pelatihan publik untuk memahami satu sama lain, meskipun awalnya dimulai dari satwa sangka.

“Energi bangsa tak boleh lelah. Kita perlu terus merawat ruang publik sehat, walaupun terkadang mudah sekali dikoyak,” jelas Said.

 

Terkini Lainnya
Prabowo Hapus Kuota Impor, Said Abdullah Paparkan 6 Kebijakan Perdagangan Internasional Indonesia
Prabowo Hapus Kuota Impor, Said Abdullah Paparkan 6 Kebijakan Perdagangan Internasional Indonesia
PDIPerjuangan Untuk Indonesia Raya
Ekonomi Dunia Bergejolak, Said Abdullah Dorong Pemerintah Bergerak di WTO dan Dalam Negeri
Ekonomi Dunia Bergejolak, Said Abdullah Dorong Pemerintah Bergerak di WTO dan Dalam Negeri
PDIPerjuangan Untuk Indonesia Raya
Said Abdullah Bagikan Paket Lebaran kepada WBP Rutan Kelas IIB Sumenep
Said Abdullah Bagikan Paket Lebaran kepada WBP Rutan Kelas IIB Sumenep
PDIPerjuangan Untuk Indonesia Raya
Hadapi Gejolak Pasar Saham, Said Abdullah Usulkan Strategi Komunikasi hingga Kolaborasi Internasional
Hadapi Gejolak Pasar Saham, Said Abdullah Usulkan Strategi Komunikasi hingga Kolaborasi Internasional
PDIPerjuangan Untuk Indonesia Raya
Soal Gugatan Ketum Parpol di MK, Said Abdullah: Pengakuan dari Negara untuk Hormati Parpol
Soal Gugatan Ketum Parpol di MK, Said Abdullah: Pengakuan dari Negara untuk Hormati Parpol
PDIPerjuangan Untuk Indonesia Raya
Said Abdullah Sebut Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Bisa Tercapai dengan Strategi Inklusif
Said Abdullah Sebut Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Bisa Tercapai dengan Strategi Inklusif
PDIPerjuangan Untuk Indonesia Raya
Soal Isu Kelangkaan LPG 3 Kg, Ini 5 Saran Said Abdullah
Soal Isu Kelangkaan LPG 3 Kg, Ini 5 Saran Said Abdullah
PDIPerjuangan Untuk Indonesia Raya
PDI-P Tetap di Luar Pemerintahan Meski Mega dan Prabowo Bertemu, Said Abdullah: Bukan Politik Dagang Sapi
PDI-P Tetap di Luar Pemerintahan Meski Mega dan Prabowo Bertemu, Said Abdullah: Bukan Politik Dagang Sapi
PDIPerjuangan Untuk Indonesia Raya
HUT PDI-P, Said Abdullah Paparkan 2 Pesan Megawati Soekarnoputri
HUT PDI-P, Said Abdullah Paparkan 2 Pesan Megawati Soekarnoputri
PDIPerjuangan Untuk Indonesia Raya
Dituding Lakukan Politik Uang di Sumenep, Said Abdullah: Itu Sesat Pikir
Dituding Lakukan Politik Uang di Sumenep, Said Abdullah: Itu Sesat Pikir
PDIPerjuangan Untuk Indonesia Raya
Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,1 persen pada 2025, Said Abdullah Paparkan 6 Tantangannya
Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,1 persen pada 2025, Said Abdullah Paparkan 6 Tantangannya
PDIPerjuangan Untuk Indonesia Raya
Said Abdullah Ungkap Cara Tingkatkan Kontribusi Koperasi ke Ekonomi Nasional
Said Abdullah Ungkap Cara Tingkatkan Kontribusi Koperasi ke Ekonomi Nasional
PDIPerjuangan Untuk Indonesia Raya
Hasto Tersangka KPK, Said Abdullah: Semoga Tidak Jadi Pengadilan Opini
Hasto Tersangka KPK, Said Abdullah: Semoga Tidak Jadi Pengadilan Opini
PDIPerjuangan Untuk Indonesia Raya
Parpol Saling Kritik soal PPN 12 Persen, Said Abdullah Jelaskan Awal Mula Penyusunan UU HPP
Parpol Saling Kritik soal PPN 12 Persen, Said Abdullah Jelaskan Awal Mula Penyusunan UU HPP
PDIPerjuangan Untuk Indonesia Raya
Said Abdullah: Pemerintah Perlu Siapkan Mitigasi Komprehensif Dampak Kenaikan PPN 12 Persen
Said Abdullah: Pemerintah Perlu Siapkan Mitigasi Komprehensif Dampak Kenaikan PPN 12 Persen
PDIPerjuangan Untuk Indonesia Raya
Bagikan artikel ini melalui
Oke