KOMPAS.com - Ketua Dewan Pengawas Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Said Abdullah menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi koperasi Indonesia dalam memperingati Hari Koperasi Nasional, Sabtu (12/7/2025). Salah satu tantangan utama adalah kontribusi koperasi terhadap Produk Domestik Bruto ( PDB) yang masih sangat rendah.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan volume usaha koperasi pada 2024 baru mencapai Rp 214 triliun atau sekitar 0,97 persen dari PDB Indonesia yang bernilai Rp 22.139 triliun. Sementara itu, usaha skala usaha mikro kecil dan menengah ( UMKM) mencapai 63 persen PDB Indonesia.
"Hal ini menunjukkan individualisme usaha merupakan tantangan yang harus dihadapi koperasi," ujar Said Abdullah dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu.
Dia menekankan bahwa ke depan, insan koperasi harus mampu menjadikan koperasi sebagai wahana berhimpun gotong royong yang lebih menjanjikan daripada usaha individual.
Baca juga: Tanggal 12 Juli Hari Koperasi Indonesia: Kenangan Kongres 1947
Said Abdullah membandingkan kontribusi koperasi Indonesia dengan negara-negara maju. Di Amerika Serikat, koperasi berkontribusi 5 persen terhadap PDB, sedangkan di Jerman mencapai 6 persen.
Angka yang lebih mencolok terlihat di Belanda dan Perancis yang mencapai 18 persen, serta Selandia Baru dengan 20 persen.
"Di negara-negara kapitalis kontribusi koperasi terhadap perekonomian nasionalnya jauh lebih besar ketimbang di negara kita yang menganut Pancasila, yang kurang dari 1 persen," kata Said Abdullah.
Kesenjangan ini dinilai menjadi masalah serius terhadap sistem perekonomian nasional. Said Abdullah berharap gerakan Koperasi Merah Putih dapat mendorong membesarkan koperasi Indonesia dan berkontribusi penting bagi perekonomian nasional.
Baca juga: Mengapa Mohammad Hatta Dijuluki Bapak Koperasi Indonesia?
Said Abdullah mengidentifikasi empat tantangan utama yang dihadapi koperasi Indonesia saat ini. Pertama, dominasi individualisme usaha yang masih kuat di masyarakat.
Kedua, perbandingan kontribusi koperasi terhadap PDB yang jauh tertinggal dari negara-negara maju. Ketiga, sebagian besar koperasi Indonesia masih didominasi oleh usaha simpan pinjam.
"Tidak ada yang salah dalam hal ini. Namun, kita harus baca bahwa kemampuan keragaman usaha belum banyak dikuasai oleh koperasi kita," jelasnya.
Said Abdullah mencontohkan koperasi besar di luar negeri seperti Koperasi Mondragon di Spanyol yang bergerak di sektor manufaktur. Ada juga Norges Kooperative Landsforening (NKL) di Norwegia yang merupakan koperasi perdagangan dengan aset lebih dari 9,6 miliar dollar AS.
Baca juga: Tarif 32 Persen Trump Ancam Ekspor RI, Said Abdullah Usulkan 5 Solusi
Tantangan keempat adalah citra diri koperasi yang masih belum baik akibat berbagai rentetan masalah fraud yang terjadi di masa lalu.
Dalam memperingati Hari Koperasi Nasional, Said Abdullah mengajak untuk merefleksikan pemikiran Mohammad Hatta tentang koperasi.
Tanggal 12 Juli diperingati sebagai Hari Koperasi Nasional karena pada 12 Juli 1927 atau 98 tahun yang lalu kongres pertama koperasi dilaksanakan.
Kongres tersebut sedianya akan dilaksanakan di Bandung, Jawa Barat. Namun, dipindahkan ke Tasikmalaya pada masa Hindia Belanda karena faktor keamanan.
"Koperasi tumbuh sejalan dengan gerakan nasional," kata Said Abdullah.
Mohammad Hatta yang merupakan Proklamator sekaligus Wakil Presiden Pertama Indonesia menjadikan koperasi sebagai gerakan ekonomi. Kiprahnya yang besar terhadap koperasi membuat beliau diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Said Abdullah menjelaskan empat pilar pemikiran Bung Hatta tentang koperasi. Pertama, koperasi sebagai usaha rakyat yang tumbuh dari semangat rakyat menghimpun diri dalam kegiatan ekonomi secara mandiri.
“Meski begitu, kedudukan anggota koperasi setara, tidak dibedakan berdasarkan jumlah setoran modal seperti layaknya perseroan. Dari Modal yang terkumpul, koperasi membangun usaha yang minimal melayani anggotanya sendiri,” terangnya.
Kedua, koperasi menjadi sarana pendidikan rakyat dan berhimpun, tak semata urusan ekonomi, tetapi juga pengembangan diri melalui berbagai kegiatan pendidikan.
Baca juga: Miliki 2 Miliar Penduduk Islam, Said Abdullah: Negara OKI Harus Mampu Jadi Pelopor Perdamaian Dunia
"Koperasi membangun bonding komunal untuk mewujudkan gerakan perubahan sosial lebih luas," tambahnya.
Ketiga, koperasi sebagai agen dan pilar pembangunan. Dengan meluasnya gerakan koperasi, kegiatan ekonomi juga akan meluas dengan modal yang terkumpul semakin besar dan tetap dimiliki banyak orang.
“Koperasi menggerakan ekonomi lebih besar dan kepemilikannya tidak disegelintir orang. Dengan demikian usaha koperasi mengurangi kesenjangan sosial,” jelas Said Abdullah.
Keempat, koperasi merupakan perwujudan paling konkret dari maksud perekonomian Pancasila. Nilai-nilai Pancasila menubuh dalam praktik perkoperasian dengan adanya gotong royong dan pengambilan keputusan secara demokratis.
Baca juga: Ekonomi Dunia Bergejolak, Said Abdullah Dorong Pemerintah Bergerak di WTO dan Dalam Negeri
Untuk mengatasi tantangan citra diri koperasi, Said Abdullah menekankan pentingnya perbaikan tata kelola. Insan koperasi serta asosiasi seperti Dekopin harus membantu tata kelola koperasi terus menjadi lebih baik.
"Sehingga makin mendapatkan kepercayaan publik," ucapnya.
Said Abdullah juga menegaskan bahwa insan koperasi tetap harus menjaga semangat kemandirian ekonomi sebagai bagian dari tujuh prinsip berkoperasi. Posisi pemerintah hanya sebagai stimulator dan fasilitator dalam pengembangan koperasi.