KOMPAS.com - Rangkaian debat calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 akan memasuki tahapan akhir.
Debat kelima atau terakhir yang berlangsung pada Minggu (4/2/2024) akan menghadirkan para capres untuk mengulas delapan isu, yaitu kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia (SDM), dan inklusi.
Kedelapan isu ini dapat dikatakan bidang-bidang yang terkait langsung dengan persoalan hidup sehari-hari yang dihadapi rakyat saat ini.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesis (RI) Daerah Pemilihan (Dapil) DKI Jakarta, Fahira Idris mengungkapkan, antusiasme rakyat menyaksikan debat Pilpres 2024 adalah pertanda bahwa demokrasi di Indonesia sudah mulai tumbuh menjadi arena adu gagasan.
Oleh karena itu, Ia mengharapkan, para capres pada debat kelima nanti menampilkan performa terbaiknya baik dari sisi gagasan dan rekam jejak serta dari sisi komunikasi publik.
“Tema dan isu yang akan dibahas dalam debat kelima ‘daging semua’ karena sangat terkait dengan persoalan hidup yang harus dihadapi rakyat sehari-hari," kata Fahira Idris di Jakarta (24/1/2024).
Baca juga: Soroti Debat Kedua Cawapres, Fahira Idris: RUU EBET Harusnya Fokus pada Pengembangan Energi Saja
Ia mengatakan, debat terakhir nanti akan menjadi kunci bagi ketiga capres untuk menarik hati pemilih lewat gagasan dan solusi konkritnya mempercepat kesejahteraan rakyat terutama lewat pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan penguasaan teknologi.
"Sementara, bagi pemilih, debat kelima ini akan menjadi referensi utama dalam menentukan pasangan calon (paslon) mana yang akan mereka pilih pada 14 Februari,” ujar Fahira Idris dalam siaran persnya.
Isu kesejahteraan sosial, lanjut Fahira Idris, menjadi sangat krusial terutama saat-saat ini. Pasalnya, walau sudah 78 tahun merdeka, Indonesia masih belum memiliki sistem perlindungan sosial yang inklusif, tepat sasaran, berkesinambungan dan adaptif.
Ia mengatakan, di banyak negara maju, kesejahteraan masyarakat terjaga karena sistem jaminan sosialnya lebih resisten terhadap goncangan ekonomi dan sosial termasuk terhadap wabah penyakit seperti pandemi Covid-19.
Adapun isu pendidikan, kesehatan, sumber daya manusia (SDM) dan ketenagakerjaan akan terus menjadi tantangan bagi semua bangsa, baik sekarang dan pada masa yang akan datang.
"Harus diakui, pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya dijadikan titik ungkit utama kemajuan bangsa," kata Fahira Idris.
Untuk kesehatan, kata dia, isu utamanya adalah bagaimana mereformasi Sistem Kesehatan Nasional (SKN) menjadi lebih tangguh dan adaptif melalui penyediaan pelayanan kesehatan berkualitas, merata, dan responsif.
"Hal ini harus didukung oleh ketersediaan fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, ketersediaan farmasi dan alat kesehatan yang memadai dan merata," ujarnya.
Sementara itu, untuk ketenagakerjaan, isunya bukan hanya soal penciptaan lapangan pekerjaan, tetapi juga menjaga agar mereka yang sudah bekerja tidak menjadi pengangguran kembali karena gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK), akibat ketidakpastian ekonomi.
Ia mengatakan, persoalan ketenagakerjaan ini juga sangat terkait dengan SDM dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk itu, kata Fahira, pemimpin Indonesia ke depan harus punya rencana konkret menumbuhkan manusia Indonesia yang bertalenta. Ini karena, di masa mendatang, paradigma pembangunan di Indonesia harus berlandaskan pada peningkatan produktivitas dan daya saing untuk memacu terciptanya kreativitas dan inovasi.
"Jika ini terwujud, pembangunan ke depan lebih berkualitas, ekonomi tumbuh dan merata. Muaranya, kesejahteraan sosial dirasakan rakyat,” ujar Fahira Idris.