KOMPAS.com – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia (RI) dari Daerah Pemilihan (Dapil) Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta Fahira Idris memaparkan empat langkah penting dalam merevitalisasi pos pelayanan terpadu (posyandu) agar berjalan efektif. Hal ini dilakukan sebagai upaya dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
"Pertama, pemerintah perlu menerbitkan kebijakan dan regulasi yang mendukung perluasan cakupan pelayanan posyandu untuk mencakup seluruh siklus hidup masyarakat,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (29/4/2024).
Pernyataan tersebut disampaikan Fahira dalam rangka memperingati Hari Posyandu Nasional setiap tanggal 29 April.
Lebih lanjut, Fahira menjelaskan langkah kedua dalam merevitalisasi posyandu adalah menguatkan kapasitas melalui pelatihan kepada kader posyandu.
Baca juga: Kampus Indonesia Menuju Kelas Dunia, 17 Rektor Pelatihan di Korea Selatan
Pelatihan tersebut khususnya berfokus pada penanganan berbagai kondisi kesehatan yang relevan, seperti kesehatan reproduksi remaja, penyakit tidak menular pada orang dewasa, dan masalah kesehatan umum yang dihadapi oleh lanjut usia (lansia).
Langkah ketiga adalah menguatkan infrastruktur, termasuk pemenuhan kebutuhan peralatan medis dan non-medis yang relevan dengan berbagai kelompok usia, serta memastikan setiap posyandu memiliki ruang yang nyaman dan memenuhi standar untuk pelayanan kesehatan.
Keempat adalah menguatkan kolaborasi. Revitalisasi posyandu memerlukan dukungan penuh dari lembaga kesehatan lainnya, termasuk pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), rumah sakit (rs), dan klinik swasta, untuk memperluas jangkauan pelayanan kesehatan.
"Ke depannya, kegiatan dan pelayanan posyandu akan menjadi lebih beragam. Selain pelayanan untuk ibu dan anak, seperti kesehatan ibu hamil dan menyusui, juga akan terdapat pelayanan untuk pemeriksaan kesehatan dan konseling remaja, deteksi dini dan pemantauan penyakit tidak menular, serta pelayanan kesehatan untuk lansia," imbuh Fahira.
Dalam kesempatan tersebut, Fahira menegaskan bahwa Hari Posyandu Nasional yang diperingati setiap tanggal 29 April merupakan momen penting bagi posyandu untuk terus berinovasi.
Saat ini, fokus utama dari semua pemangku kepentingan adalah memperbaharui posyandu guna meningkatkan fungsinya dan kinerjanya.
Selain memastikan bahwa kegiatan posyandu berlangsung secara teratur dan berkelanjutan, revitalisasi posyandu juga bertujuan untuk memberdayakan tokoh masyarakat dan kader melalui advokasi, orientasi, pelatihan, atau pengkaderan, serta memperkuat kelembagaan posyandu.
Baca juga: Pascapandemi, UMN Siap Gelar Orientasi Mahasiswa Baru Secara Luring
“Selama hampir setengah abad, posyandu menjadi wadah yang strategis untuk bangsa ini dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya. Agar terus relevan, revitalisasi posyandu menjadi penting,” ucap Fahira.
Selain memberikan pelayanan kepada bayi, bayi bawah lima tahun (balita), dan ibu hamil, lanjutnya, saatnya bagi posyandu di seluruh Indonesia untuk bertransformasi menjadi pusat edukasi dan deteksi dini untuk berbagai masalah kesehatan, termasuk bagi remaja, usia produktif, hingga lansia.
Selama hampir setengah abad berkiprah, posyandu telah memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam penyediaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Sebagai garda terdepan, posyandu telah berperan penting dalam penanggulangan stunting, pencegahan kematian ibu dan bayi selama kehamilan, persalinan, dan pasca-persalinan melalui pemberdayaan masyarakat.
Baca juga: Vale Dukung Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Morowali
Meskipun demikian, berbagai tantangan kesehatan masyarakat yang semakin kompleks menuntut agar posyandu terus melakukan inovasi.
Sebagai informasi, posyandu pertama kali diperkenalkan pada 1975 dengan nama Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).
Tujuan dari program tersebut adalah agar masyarakat dapat memberikan pertolongan kepada diri mereka sendiri dalam hal pemenuhan gizi, penanganan diare, pelaksanaan imunisasi, dan juga keluarga berencana.