KOMPAS.com – Meskipun Pemilihan Kepala Daerah ( Pilkada) Daerah Khusus Jakarta baru akan berlangsung pada 27 November 2024, suasana politik semakin memanas dengan kemunculan nama-nama bakal calon kepala daerah serta wakilnya dan manuver berbagai partai politik.
Warga Jakarta mulai memperbincangkan rekam jejak para calon untuk menilai kemampuan mereka dalam mengatasi berbagai persoalan kompleks. Salah satunya, polusi udara yang terus menjadi tantangan besar bagi Jakarta sebagai pusat aktivitas perekonomian nasional.
Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta Fahira Idris menyoroti pentingnya mengatasi polusi udara sebagai salah satu tantangan utama yang harus segera dipecahkan.
Menurutnya, kualitas udara Jakarta memburuk karena kombinasi berbagai aktivitas dan kondisi, termasuk tingginya penggunaan kendaraan bermotor pribadi, emisi dari sekitar 10 pembangkit listrik tenaga uap ( PLTU) di sekitar Jakarta (Banten dan Jawa Barat), serta banyaknya fasilitas industri di sekitar kota.
Baca juga: Peringati Hari UMKM Internasional, Fahira Idris: Mulailah Jadi Creativepreneur
Selain itu, peningkatan konsentrasi polutan udara selama musim kemarau yang berlangsung sejak Mei 2024 memperburuk keadaan.
Merujuk kondisi tersebut, Fahira menekankan pentingnya memilih calon gubernur yang memiliki gagasan konkret untuk mengatasi polusi udara di Jakarta.
“Tanpa upaya nyata untuk memperbaiki kualitas udara, dampaknya tidak hanya akan dirasakan pada sektor kesehatan, tetapi juga pada lingkungan, ekonomi, dan pariwisata. Produktivitas warga Jakarta sebagai penggerak utama ekonomi akan menurun jika kesehatan mereka terganggu,” ujar Fahira dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Minggu (30/6/2024).
Ia menambahkan, buruknya kualitas udara di Jakarta juga akan berdampak negatif pada lingkungan dan ekonomi. Polutan udara dapat merusak vegetasi, menyebabkan eutrofikasi air, dan merusak ekosistem perairan.
Baca juga: Hari Anti Narkotika Internasional, Fahira Idris Paparkan 6 Upaya Berantas Peredaran NPS di Indonesia
Penurunan derajat kesehatan masyarakat dan kerusakan lingkungan, lanjut Fahira, juga berisiko menurunkan produktivitas kota. Ini berdampak langsung pada laju ekonomi.
Selain itu, kota dengan polusi udara tinggi akan memiliki citra buruk yang membuat wisatawan dan penyelenggara acara besar enggan berkunjung.
Maka dari itu, Fahira menyarankan agar masalah polusi udara harus diselesaikan terlebih dahulu agar Jakarta nyaman untuk menggelar berbagai acara besar.
“ Polusi udara di Jakarta harus menjadi isu penting dalam Pilkada mendatang. Setelah tidak lagi menjadi ibu kota, Jakarta harus fokus menjadi kota wisata dan industri meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE) terkemuka di dunia,” ucap Fahira.