KOMPAS.com - Mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Bambang Soesatyo (Bamsoet) menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat ( MPR) RI periode 2019-2024.
Kini, Bamsoet memimpin 575 anggota DPR RI dan 136 anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.
Dalam memimpin MPR lima tahun ke depan, Bamsoet didampingi sembilan tokoh yang mewakili fraksinya masing-masing, yakni Ahmad Basarah ( Fraksi PDI Perjuangan), Ahmad Muzani (Fraksi Gerindra), Lestari Moerdijat (Fraksi Partai Nasdem), Sjarifuddin Hasan (Fraksi Partai Demokrat), Hidayat Nur Wahid (Fraksi PKS), Zulkifli Hasan (Fraksi PAN), Arsul Sani (Fraksi PPP), dan Fadel Muhammad (Kelompok DPD).
Politisi Fraksi Partai Golkar, Zainuddin Amali, mengatakan Golkar terus melakukan lobi-lobi pada delapan fraksi lain dan DPD demi kebulatan dukungan.
"Dengan demikian, sukses Bamsoet adalah kemenangan Fraksi Partai Golkar," kata dia dalam pernyataan tertulis, Kamis (3/10/2019) malam.
Pasca reformasi, ia melanjutkan, ini merupakan yang pertama kalinya kader Partai Golkar menjadi Ketua MPR RI.
Sebagai informasi, Ketua MPR RI setelah reformasi yakni Amien Rais (PAN pada 2009), Hidayat Nur Wahid (PKS pada 2004), Taufik Kiemas (PDI-P pada 2009), dan terakhir Zulkifli Hasan (PAN pada 2014).
"Tidak bisa dipungkiri jika pencapaian Bamsoet ke tampuk pimpinan MPR tidak bisa dilepaskan dari kerja keras para kader Partai Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto, khususnya dari lobi-lobi yang cakap dan lihai dari DPP Partai Golkar dan Fraksi Golkar di MPR," ujar Zainuddin.
Menurut dia, semua kader Partai Golkar bekerja keras di bawah pimpinan Airlangga Hartarto.
Mereka, imbuh dia, bekerja bersama-sama untuk membuat Partai Golkar kembali diperhitungkan.
"Keberhasilan Bamsoet menduduki kursi Ketua MPR sulit dicapai jika Partai Golkar tidak merebut kursi terbanyak kedua di DPR pada Pileg 2019 ini," katanya.
Catatan menunjukkan, Golkar pernah menempati peringkat kedua dalam perolehan kursi DPR, yakni pada pemilu 2009.
Sayangnya, saat itu Partai Golkar gagal merebut kursi Ketua DPR, dan juga luput merebut kursi Ketua MPR.
"Oleh karena itu, secara politis bahkan bisa disebutkan jika, sebagai pimpinan Partai Golkar, Airlangga Hartarto yang paling berperan dalam mengembalikan kursi Ketua MPR kepada kader terbaik partai sekarang ini," ujar dia.
Di tengah terjadinya erosi semangat kebangsaan, menurunnya nilai-nilai nasionalisme, cinta tanah air, bela negara dan militansi kebangsaan di dalam berbagai kehidupan dan lapisan masyarakat, naiknya Bamsoet ke tampuk pimpinan tertinggi MPR merupakan tantangan tersendiri.
Namun demikian, momentum ini juga paling tepat saat Golkar kembali memimpin MPR RI di tengah "PR" tentang Bhinneka Tunggal Ika dan semangat Pancasila.
"Tidak berlebihan pula jika Airlangga Hartarto memiliki harapan besar terhadap Bamsoet sebagai Ketua MPR RI, agar terus menjaga semangat Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika," ujarnya.