KOMPAS.com – Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, hampir seluruh sektor perekonomian menurun antara 50 persen hingga 20 persen selama masa pandemi Covid-19.
Namun demikian, dia menyebut ada pula sektor yang masih positif, seperti sektor pangan dan kesehatan.
“Sektor yang paling baik adalah pangan, kesehatan dan kelapa sawit atau produksi minyak nabati. Sementara yang lain semuanya berada di bawah,” tuturnya.
Untuk memulihkan kondisi perekonomian nasional, Airlangga menyatakan perlu dilakukan restart engine ekonomi.
Baca juga: Politisi Golkar: Jakarta Harus Siap Masuk Fase New Normal, Jangan Sampai Pandemi Ekonomi
"Hal tersebut diperlukan agar kita bisa menahan yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan menahan kondisi masyarakat yang berada di near poor (dekat dengan garis kemiskinan) menjadi poor (miskin),” ungkapnya, dalam keterangan tertulisnya Rabu (10/6/3030).
Menteri yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini melanjutkan, kondisi perekonomian Indonesia sebenarnya sudah mendapatkan kepercayaan di mata pasar.
Menurutnya, indikator perekonomian Indonesia saat ini positif. Misalnya, penerbitan obligasi oleh Hutama Karya yang ratingnya rendah karena dijamin pemerintah. Hal ini pun menunjukkan beberapa hal penting.
“Pertama, ini berarti kepercayaan terhadap surat utang kita positif. Kedua pasar modal sudah mulai rebound dan ketiga currency kita relatif cukup kuat,” ujarnya seperti keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.
Dari segi makro ekonomi, Airlangga juga melihat kepercayaan pasar terhadap Indonesia dan terhadap kebijakan yang diambil pemerintah adalah positif.
Baca juga: Partai Golkar Dukung Pemberlakuan New Normal
“Kita harus menjaga perekonomian nasional dan mengutamakan produksi nasional dan menjaga daya beli masyarakat agar jangan dimanfaatkan oleh importir yang akan menguntungkan negara lain,” tuturnya.
Untuk itu, dia pun menyebut, pelaksanaan normal baru yang dijalankan pemerintah di sejumlah daerah di Tanah Air pekan ini diharapkan menjadikan masyarakat produktif dan aman Covid-19.
“Masyarakat produktif dan aman dari Covid-19, pertama, ini berarti masyarakat produktif yang memutus mata rantai covid-19,” katanya.
Kedua, lanjutnya, produktif dalam memutus mata rantai agar angka PHK agar tidak semakin tinggi, sehingga kegiatan sosial ekonomi masyarakat bisa terdorong.
Baca juga: Jokowi Minta Pemda Tak Sembarangan Putuskan Berlakukan New Normal
Dia mengaku, pada Januari hingga Februari 2020, perekonomian nasional dalam kondisi relatif lebih baik dari negara-negara lain. Namun setelah memasuki pandemi Covid-19, perekonomian menurun.
Lewat pemberlakukan normal baru diharapkan kondisi perekonomian membaik seperti yang sudah dilakukan beberapa negara lain.
“Kita harus banyak belajar dari negara yang sudah mendahului kita, seperti Korea Selatan, China, dan Italia,” lanjutnya.