KOMPAS.com – Partai Golongan Karya ( Golkar) genap berusia 58 tahun pada Jumat (21/10/2022). Partai politik (parpol) ini berhasil mempertahankan eksistensinya sehingga mampu berdiri kokoh dalam panggung politik Indonesia hingga saat ini.
Menilik sejarah, saat awal berdiri pada 1964, Golkar merupakan wadah golongan fungsional. Akan tetapi, Golkar terus berkembang hingga menjadi peserta pemilihan umum (pemilu) sebagai pendatang baru pada 1971. Meski demikian, Golkar berhasil menarik minat masyarakat sehingga menempati pemenang utama.
Meskipun berhasil menarik minat masyarakat, jalan yang dilalui partai tersebut tidaklah selalu mulus. Pada 1998, Golkar pernah dituntut untuk bubar karena dianggap ikut bertanggung jawab terhadap pemerintahan orde baru.
Baca juga: HUT Partai Golkar Dinilai Ajang Unjuk Kekuatan Airlangga, Golkar, dan KIB
Akan tetapi, melalui kompromi politik yang dilakukan oleh sejumlah pihak, Golkar bisa bertahan. Bahkan, partai ini masih diperhitungkan dalam panggung politik Indonesia hingga kini.
Perkembangan Golkar hingga menjangkau seluruh lapisan masyarakat bisa diraih bukan tanpa alasan. Pasalnya, parpol satu ini tampil dalam konstelasi partai di Indonesia dengan cara yang unik. Tidak seperti partai lain, Golkar tidak memiliki pemimpin tunggal yang kharismatik.
Selain itu, Dirk Tomsa dalam penelitiannya yang berjudul Party Politics and Democratization in Indonesia: Golkar in the Post-Suharto Era tahun 2007 mengatakan, daya tarik Golkar terletak pada sistem keanggotaan.
Baca juga: Jokowi Disebut Sampaikan Berbagai Kode Politik di HUT Partai Golkar
Menurut Dirk, para politisi memilih untuk masuk Golkar karena infrastruktur partai memberikan mereka kesempatan luas untuk berkembang dalam dunia politik.
Penelitian tersebut terbukti dengan persentase anggota partai Golkar yang multigolongan, bahkan sebelumnya pernah berkiprah di partai lain. Partai ini tak segan menerima segala kalangan untuk bergabung.
Sebagai contoh, Yuddy Chrisnandi, salah satu kader Golkar yang pernah hengkang dan bergabung ke Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) pada 2010, kini kembali menjadi anggota Golkar dan diterima sepenuh hati.
Hal sama terjadi pada Wanda Hamidah. Kader partai Golkar yang resmi bergabung per Juli 2022 ini, sebelumnya tercatat sebagai kader Partai Nasional Demokrat (Nasdem).
Baca juga: Airlangga Bagikan 37 Mobil Listrik ke Seluruh DPD Golkar: Memanaskan Mesin Partai, tapi Silent
Tak hanya menggandeng politisi, Golkar juga terbuka untuk golongan lain. Sebut saja, Albert Liongadi, pengusaha warung kopi keturunan Tionghoa yang tergabung sejak 1974 dan telah melewati segala dinamika politik bersama Golkar.
“Golkar merupakan rumah dan tempat yang nyaman baginya untuk menyalurkan aspirasi. Ia tidak merasa khawatir saat bergabung bersama Golkar karena ideologi kebangsaan partai yang jelas dan penuh toleransi untuk semua golongan,” ujarnya seperti dalam kanal YouTube G24 Channel, Jumat (21/10/2022).