KOMPAS.com - Ketua Umum (Ketum) Partai Golongan Karya (Golkar) Airlangga Hartarto mengatakan bahwa pihaknya mendukung dan mengapresiasi langkah aktif Pemerintah Republik Indonesia (RI) dalam menggalang dukungan bagi penyelesaian konflik Palestina-Israel.
“Partai Golkar mendukung langkah aktif pemerintah yang mengambil inisiatif dan menggalang dukungan melalui organisasi Konferensi Kerja Sama Negara-Negara Islam (OKI), Gerakan Non-Blok (GNB), maupun Committee on The Exercise of The Inalienable Right of The Palestinian People (CEIRPP),” ujarnya seperti dikutip dalam kanal YouTube G24 Channel, Jumat (28/10/2022).
Melansir Setnasasean.id, Indonesia meyakini bahwa two state solution atau solusi dua negara menjadi satu-satunya cara untuk merealisasikan perdamaian sekaligus meredam konflik yang terjadi di Palestina dan Israel.
Two state solution memiliki arti bahwa kedua pihak, yaitu Palestina dan Israel harus mengakui bersama soal keberadaan masing-masing sebagai negara.
Belum lama ini, Perdana Menteri (PM) Israel Yair Lapid juga telah menyerukan solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina.
Baca juga: Joe Biden Bertemu Presiden Israel, Sama-sama Mengkhawatirkan Iran
“Terlepas dari semua rintangan, sebagian besar warga Israel mendukung visi solusi dua negara, termasuk saya. Kami hanya punya satu syarat bahwa negara Palestina nantinya akan jadi negara yang damai. Tidak akan menjadi basis teror yang mengancam kesejahteraan dan keberadaan Israel,” ujarnya.
Sebelumnya, Airlangga Hartarto menyatakan bahwa pihaknya mengecam keras serangan tentara Israel terhadap rakyat Palestina.
"Partai Golkar mengecam dengan keras tindakan militer Israel yang bertanggung jawab atas kekerasan tersebut," tuturnya saat menghadiri acara halal bihalal secara virtual dengan seluruh pengurus Partai Golkar, Jumat (14/5/2022).
Baca juga: Sinopsis Hacksaw Ridge, Perjuangan Tentara Tanpa Senjata
Airlangga menilai, serangan tentara Israel pada akhir Ramadhan 2022 di Masjid Al Aqsa sangat biadab. Apalagi, saat itu umat muslim Palestina sedang menjalankan salat tarawih hingga menimbulkan korban dari masyarakat sipil, bahkan perempuan dan anak-anak.