KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto mengatakan, inklusif dan kolaboratif dari sektor swasta dalam berbagai agenda dan inisiatif diperlukan untuk meningkatkan perekonomian Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).
Menurutnya, proyek ASEAN tidak berdiri dalam ruang hampa, sebab dipengaruhi oleh dinamika global sehingga memerlukan peran aktif dari sektor publik ASEAN maupun sektor swasta.
Untuk mewujudkannya, Airlangga mengungkapkan, sektor swasta ASEAN dapat berkontribusi pada tiga bidang sebagai bentuk agenda global.
“Pertama, kita memerlukan suara sektor swasta yang lebih besar untuk menyoroti dan mengurangi risiko serta biaya fragmentasi rantai pasokan global dan regional yang didorong oleh geopolitik,” ucapnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (4/9/2023).
Baca juga: Penjajakan Pesawat Tempur ala Prabowo, antara CAATSA dan Geopolitik
Pernyataan tersebut disampaikan Airlangga dalam ASEAN Business and Investment Summit (ABIS) 2023 Plenary Session dengan tema “Aligning ASEAN’s Private Sector Priorities to the Global Agenda,” di Jakarta, Minggu (3/9/2023).
Menurutnya, sektor publik dan swasta perlu bekerja sama, termasuk dengan mitra dan platform lain untuk menegakkan arsitektur perdagangan dan ekonomi multilateral yang terbuka, inklusif, tidak diskriminatif, dan berbasis aturan.
“Kedua, diperlukan sektor swasta yang secara aktif memanfaatkan peluang pertumbuhan baru,” imbuh Airlangga.
Sektor swasta ASEAN, lanjut dia, harus bekerja sama dengan dewan bisnis lainnya untuk menjajaki potensi kolaborasi.
Baca juga: BRIN-FK UB Jajaki Peluang Kolaborasi, Fokus Riset Pengembangan Tanaman
Selain itu, sektor swasta ASEAN juga harus menerapkan model bisnis inklusif, memaksimalkan hubungan pembangunan ekonomi lokal termasuk dengan usaha mikro kecil menengah (UMKM).
“Terakhir, sektor swasta ASEAN perlu memanfaatkan sumber daya, jaringan, teknologi, dan keahlian sektor swasta untuk menemukan solusi terhadap tantangan sosio-ekonomi dan perubahan iklim di kawasan ini,” imbuh Airlangga.
Tak hanya itu, lanjut dia, inovasi, difusi, dan adopsi teknologi juga perlu didukung dan dipercepat untuk meningkatkan ketahanan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Airlangga mengungkapkan bahwa ASEAN perlu pula mengoptimalkan kontribusi inovasi dan teknologi untuk meningkatkan perekonomian kawasan dan mengatasi tantangan sosio-ekonomi yang sudah maupun akan terjadi.
Baca juga: Soal Utang Rafaksi Minyak Goreng, Kemendag Bakal Bertemu Kemenko Perekonomian Pekan Depan
Hal tersebut, kata dia, selaras dengan tema ABIS 2023, yaitu “ASEAN Centrality: Innovating towards Greater Inclusivity.”
“Saya ingin mengimbau kepada sektor swasta ASEAN dan komunitas bisnis secara lebih luas, untuk berkontribusi aktif dalam mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2025. Terutama untuk ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) harus bisa membuat ASEAN lebih kuat dengan menguatkan perdagangan dan kolaborasi antarnegara anggota ASEAN,” jelas Airlangga.
Untuk diketahui, perekonomian ASEAN menunjukkan kinerja positif dalam satu dekade terakhir dengan pertumbuhan rata-rata 4 persen sampai 5 persen.
Perekonomian kawasan ASEAN di dunia berada di posisi lima terbesar, menduduki eksportir terbesar keempat, dan bahkan menjadi tujuan foreign direct investment (FDI) terbesar kedua pada 2022.
Baca juga: Timor Leste Gabung ASEAN, Xanana Gusmao: Investasi Akan Meningkat
Menko Airlangga mengatakan, perekonomian ASEAN mencapai tingkat pertumbuhan sebesar 5,7 persen pada 2022 yang didorong oleh tingkat konsumsi domestik, perdagangan, dan investasi yang tinggi.
Industri, seperti elektronik, kendaraan listrik, dan ekonomi digital mengalami peningkatan investasi pada 2022 dengan total arus masuk FDI tumbuh sebesar 5,5 persen.
“Saat ini, kami adalah salah satu dari sedikit titik terang untuk pertumbuhan ekonomi, meskipun perjalanan ke depan masih diselimuti ketidakpastian,” ujar Airlangga.
Pertumbuhan ekonomi global, lanjut dia, diperkirakan akan melambat pada tahun-tahun mendatang. Tanda-tanda melambatnya kinerja ekonomi negara-negara terutama ASEAN sudah muncul, seperti peningkatan inflasi pangan dan berlanjutnya ketidakpastian pasar akibat fragmentasi geopolitik.
Baca juga: Kepemimpinan Geopolitik Indonesia dalam Wacana Regional dan Global
Airlangga mengatakan bahwa Indonesia mengambil inisiatif untuk merespons berbagai masalah tersebut. Hal ini dilakukan berdasarkan tema kepemimpinan ASEAN Indonesia pada 2023, yaitu “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth.”
Adapun inisiatif tersebut, antara lain memperkuat integrasi pasar regional melalui peningkatan Free Trade Agreement (FTA) ASEAN-Australia-Selandia Baru, memperkenalkan transaksi mata uang lokal dan interoperabilitas pembayaran digital, serta mempromosikan ASEAN Industry Project (AIP)-Based Initiative.
“Selanjutnya, kami akan memulai fase baru digitalisasi dengan diluncurkannya Perjanjian Kerangka Ekonomi Digital ASEAN, yang akan meningkatkan nilai ekonomi digital di ASEAN pada 2030 hingga dua kali lipat. Kami juga mempercepat agenda ekonomi berkelanjutan melalui pengembangan ekosistem kendaraan listrik regional,” tutur Airlangga.