KOMPAS.com – Selama dua periode atau 10 tahun memimpin Provinsi Jawa Tengah (Jateng), calon presiden (capres) nomor urut 3 sekaligus mantan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, berhasil menurunkan angka kemiskinan di provinsi tersebut.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa angka kemiskinan di Jateng mencapai 4,73 juta atau 14,56 persen pada Maret 2013. Angka ini mengalami penurunan menjadi 3,79 juta orang atau 10,77 persen pada Maret 2023.
Berdasarkan data tersebut, selama satu dekade memimpin, Ganjar berhasil menurunkan angka kemiskinan di Jateng.
Adapun penurunan angka kemiskinan terbesar di Jateng terjadi pada periode September 2021 hingga Maret 2022. Saat itu, Jateng berhasil menekan angka kemiskinan dari 3,934 juta orang menjadi 3,821 juta orang atau sebanyak 102.570 orang berhasil keluar dari kemiskinan.
Baca juga: Alam Ganjar Serap Aspirasi Anak Muda Jogja, dari Masalah Pendidikan hingga Internet
Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud dalam siaran persnya, Minggu (28/1/2024), menjelaskan bahwa keberhasilan Ganjar dalam mengatasi kemiskinan di Jateng itu dapat terwujud berkat sejumlah langkah agresif yang dilakukan dalam mengintervensi program dan kebijakan lewat berbagi upaya kreatif serta inovatif.
Pertama, program membangun sekolah menengah kejuruan (SMK) berasrama untuk siswa miskin. Diberitakan Kompas.com, Minggu (16/6/2023), sekolah yang didirikan pada 2014 itu telah meluluskan lebih dari 1.800 siswa.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 70 persen berhasil terserap di dunia kerja, baik di dalam maupun luar negeri. Sementara itu, sebanyak 30 persen lulusan berhasil melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan berwirausaha.
Kedua, untuk memacu perputaran roda ekonomi dan mendukung masyarakat tetap produktif, Ganjar menghadirkan transportasi publik, TransJateng, dengan tarif murah pada 2019.
Untuk masyarakat umum, tarif TransJateng yang dikenakan sebesar Rp 4.000. Sementara, warga miskin, buruh, pelajar, serta lansia, dikenakan tarif sebesar Rp 2.000.
Ketiga, pada pandemi Covid-19, Ganjar juga memberikan bantuan sosial (bansos) tunai dan nontunai untuk memberdayakan warga yang tidak dapat bekerja. TPN Ganjar-Mahfud mencatat, sebanyak 133.555 keluarga se-Jateng mendapat bansos uang tunai sebesar Rp 200.000 yang disalurkan melalui kantor pos selama dua bulan pada awal 2020.
Keempat, sejak 2013 hingga 2022, Ganjar berhasil merehabilitasi 1.041.894 unit rumah tidak layak huni (RTLH) di 29 kabupaten dan 6 kota. Adapun pendanaan program ini berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) serta bantuan dari berbagai pihak, seperti Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), program tanggung jawab sosial perusahaan, dan filantrop.
Kelima, program Tuku Lemah Oleh Omah yang mulai digulirkan Ganjar sejak 2020 telah banyak mewujudkan impian warga miskin memiliki hunian. Data TPN Ganjar-Mahfud menunjukkan, terdapat 200 unit rumah yang dibangun pada 2020, 186 unit pada 2021, 253 unit pada 2022, dan 615 unit rumah pada 2023.
Baca juga: Yansen: Lihat Ganjar-Mahfud Orang Biasa, Kami Anak Muda Berani Bermimpi meskipun Bukan Darah Biru
Keenam, Ganjar meluncurkan Kartu Jateng Sejahtera (KJS) untuk keluarga miskin nonproduktif yang belum tersentuh program kesejahteraan sosial dari pemerintah. Para pemegang KJS ini mendapat bantuan dana sebesar Rp 200.000.
Menurut data TPN Ganjar-Mahfud, ada sekitar 13.000 masyarakat miskin di Jateng yang menjadi target program tersebut.
Pada 2023, Ganjar menambah nominal dana bantuan untuk keluarga miskin pemegang KJS senilai Rp 170.000. Dengan demikian, total dana bantuan yang diterima para pemegang KJS sebesar Rp 370.000 dan diberikan secara bertahap.
Ketujuh, program Lapak Ganjar. Berdasarkan data TKN Ganjar-Mahfud, sebanyak 2.932 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Jateng yang mendaftar program ini mampu mengalami peningkatan pendapatan serta penjualan produk setelah dipromosikan oleh Ganjar.