KOMPAS.com - Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat pengangguran di Indonesia terus menurun. Pada Agustus 2018 misalnya, tingkat pengangguran terbuka tercatat 5,34 persen atau 7 juta orang,
Angka itu turun bila dibandingkan Agustus 2017 yang mencapai 7,04 juta pengangguran. Namun jika dilihat lebih rinci, pengangguran di kalangan tenaga terdidik makin hari malah tambah makin banyak.
Data BPS mencatat pada 2013, dari tiap 100 pengangguran, 25 orang di antaranya adalah lulusan Sekolah Dasar (SD) dan hanya 10 yang sarjana. Namun lima tahun kemudian, komposisinya berubah. Dari setiap 100 pengangguran, 20 orang di antaranya merupakan sarjana dan hanya 20 yang lulusan SD.
Baca juga: BPS: Jumlah Pengangguran Berkurang 40.000 Orang
Dari paparan data BPS tersebut didapati fakta bahwa lulusan SD lebih mudah mendapat pekerjaan ketimbang para sarjana. Mengapa demikian?
"Mereka (luluan SD) cenderung mau menerima bekerja apa saja," kata Kepala BPS Suharyanto, seperti dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Senin (4/3/2019).
Sementara itu, kata dia, para sarjana seringkali terbentur pada lowongan kerja yang tidak sesuai dengan keahlian yang mereka miliki.
Asal tahu saja, ketidakcocokan antara kebutuhan industri dengan tenaga terdidik yang disediakan kampus sudah lama menjadi persoalan pelik.
Untuk menjembatani persoalan itu, pemerintah berencana membuka banyak sekali program vokasional atau pelatihan ketrampilan di seluruh pelosok negeri.
Program pelatihan tersebut dirancang khusus untuk meningkatkan keterampilan para pencari kerja, yakni para sarjana dan lulusan sekolah menengah yang belum bekerja, maupun korban pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Mengenai kartu pra kerja, kartu ini kami siapkan untuk anak-anak muda yang lulus dari SMA atau SMK maupun yang lulus dari politeknik atau perguruan tinggi untuk bisa masuk ke industri, untuk dapat pekerjaan," kata Jokowi, seperti dimuat Kompas.com, Jumat (1/3/2019).
Baca juga: Jokowi: Pemegang Kartu Pra Kerja Dapat Gaji meski Belum Punya Pekerjaan
Menurut Jokowi, para pemegang kartu itu akan mendapatkan pelatihan sesuai keterampilan dan skill yang mereka miliki. Pelatihan tersebut juga dikerjakan oleh instrukstur profesional dengan kualifikasi yang baik.
Dengan program ini, para penganggur bisa meningkatkan keterampilan atau bahkan mengubah keahlian dan menyesuaikannya dengan kebutuhan pasar.
Presiden Jokowi mengatakan, pada 2019 pemerintah menargetkan ada satu juta pencari kerja yang akan mendapatkan Kartu Pra-Kerja. Jumlah penerima manfaat Kartu Pra-Kerja akan terus ditingkatkan hingga tingkat pengangguran dari kalangan terdidik bisa terus dikurangi.
#IndonesiaOptimis