KOMPAS.com - Nama Sihar Sitorus sudah tidak asing lagi bagi dunia sepak bola nasional. Sosok yang kini menjabat sebagai Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI ini memiliki rekam jejak panjang di industri sepak bola Indonesia.
Sebelum terjun ke dunia politik, Sihar telah aktif membina klub sepak bola daerah, antara lain Medan United Football Club (FC), Pro Duta FC, dan Nusaina FC. Ia juga pernah mengambil alih Persatuan Sepak Bola Medan dan Sekitarnya (PSMS) pada 2008.
Dedikasi Sihar dalam dunia sepak bola mengantarkannya ditunjuk sebagai Ketua Komite Kompetisi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia ( PSSI) pada 2011.
Ia juga menjadi salah satu inisiator lahirnya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional.
Baca juga: Inpres Sepak Bola Nasional Jadi Tulang Punggung Bina Pemain Usia Muda
Namun, sejak 2018, Sihar memutuskan untuk berkiprah di luar negeri dengan membeli Football Club Verbroedering Dender Eendracht Hekelgem ( FCV Dender), sebuah klub sepak bola Belgia. Keputusan ini berangkat dari keinginannya untuk berkembang.
“Saya mencoba beberapa kali di sepak bola Indonesia dari berbagai sudut dan saya merasa sulit untuk bisa berkembang. Jadi, saya berpikir mungkin saya mencoba ke klub di luar negeri untuk melihat apakah ada perbedaan,” ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (15/8/2025).
Setelah tujuh tahun mengelola FCV Dender, Sihar mengaku merasakan perbedaan signifikan antara ekosistem dan sistem kompetisi di Indonesia dan Belgia.
Pengamat sepak bola Akmal Marhali mengatakan bahwa Sihar memasuki industri sepak bola nasional ketika ekosistemnya sedang tidak bagus.
Baca juga: Industri Sepak Bola Usia Muda, Penggerak Ekonomi Baru dari Lapangan Hijau
“Bang Sihar merupakan orang yang tepat di ruang yang salah karena ekosistem sepak bola belum bisa mengarah pada industri yang diharapkan pada waktu itu,” tegasnya.
Akmal menilai Sihar sebagai sosok yang idealis, progresif, dan berintegritas tinggi dalam membangun sepak bola Indonesia.
“Dia bisa mewujudkan idealismenya ketika mengambil alih (klub sepak bola) di luar negeri. Dia bisa mengatur keuangan dan menjalankan rencana bisnisnya dengan baik, termasuk prestasi juga didapatkan di sana,” ucapnya.
Di bawah komando Sihar, FCV Dender menunjukkan perkembangan signifikan. Saat pertama kali dibeli, klub bola ini masih berada di Divisi 3. Kini, FCV Dender berhasil menempati kasta tertinggi sepak bola Belgia, yaitu Jupiler Pro League.
Baca juga: Sentuhan Indonesia di Liga Belgia, FCV Dender Gandeng Aparel Tanah Air
Untuk diketahui, saat ini FCV Dender memiliki tiga pemain potensial yang diprediksi berpeluang untuk tampil di ajang Piala Dunia 2026.
Mereka adalah Luc de Fougerolles, salah satu pemain tim nasional (timnas) Kanada yang kini berkandang di FCV Dender. Ia otomatis lolos Piala Dunia 2026 lewat jalur kualifikasi tuan rumah.
Sementara itu, dua pemain lainnya adalah Ragnar Oratmangoen asal Indonesia dan Benjamin Frederick asal Nigeria. Keduanya masih dalam tahap kualifikasi yang berlangsung pada Oktober-November 2025.
Oratmangoen, diaspora berdarah Nusantara yang tergabung dalam timnas Indonesia, resmi direkrut FCV Dender pada Agustus 2024.
Baca juga: Pelatih FCV Dender: Ragnar Oratmangoen Siap Comeback Lawan Anderlecht
Sihar mengungkapkan, kemampuan teknis menjadi alasan utama FCV Dender merekrut Oratmangoen di antara pemain timnas berbakat lainnya.
“Pertimbangan utamanya adalah teknis. Jadi, memang kami minta kepada tim pelatih Indonesia untuk melihat mana yang kira-kira bisa bersaing di liga atau kompetisi Belgia. Setelah mereka scouting, ketemulah Ragnar Oratmangoen,” jelasnya.
Sihar menegaskan, FCV Dender tidak menutup kemungkinan kembali merekrut pemain sepak bola nasional berbakat untuk bergabung.
“Tentunya tim pelatih juga pasti punya (sistem) scouting dan kriteria yang dibutuhkan untuk tim dan teknis pribadi individunya. Jadi, kalau ada kesempatan itu, kami tetap buka mata dan telinga untuk melihat mana yang mungkin bisa turut memperkuat Dender,” jelasnya.
Baca juga: Road to Dender: Mewujudkan Mimpi Talenta Muda Indonesia
Sihar menyebut, ada tiga kunci utama bagi pemain sepak bola Indonesia yang ingin menembus klub luar negeri, yaitu teknis berupa kecepatan dan kekuatan, pola pikir, serta keberanian untuk mencoba.
Sementara itu, menurut Akmal, langkah FCV Dender merekrut pemain timnas Indonesia membuktikan bahwa Sihar tetap memiliki visi membawa nama Indonesia mendunia, meski mengelola klub Belgia.
“Apa yang dilakukan para pengusaha, termasuk Sihar Sitorus, dengan mengambil klub-klub di luar negeri ini harusnya menjadi salah satu tonggak bagi kita untuk menciptakan pemain yang bisa diekspor ke klub-klub yang dimiliki orang Indonesia di luar negeri,” katanya.
Baca juga: PSSI Kirim Orang Indonesia di FIFA Perancis, Erick Thohir: Bukti Kemajuan SDM Sepak Bola Indonesia
Ketika ditanya tentang rencana kembali berkiprah di industri sepak bola Tanah Air, Sihar mengungkapkan bahwa saat ini dirinya ingin fokus pada FCV Dender terlebih dahulu.
“Sementara ini, saya masih fokus di Dender. Tapi, tergantung lihat saja nanti. Kalau ada yang kasih proyek atau apa kami lihat, kami pertimbangkan. (Untuk) sekarang, saya menikmati yang ada,” ucapnya.
Sementara itu, Akmal berharap Sihar bisa kembali berkiprah di dalam negeri serta berkontribusi membangun ekosistem dan industri sepak bola Tanah Air.
“Menurut saya, amat sayang kalau sosok Sihar Sitorus tidak digandeng untuk bersama membangun sepak bola Indonesia,” ujarnya.
Konsep “digandeng” yang dimaksud, lanjut Akmal, bukan berarti harus menjadi pengurus. Salah satu gagasannya adalah menjadikan Sihar sebagai konsultan di industri sepak bola nasional.
Baca juga: Kemenpora Gandeng I.League untuk Edukasi Suporter Sepak Bola
Selain itu, ia juga mengusulkan agar tokoh seperti Sihar dihadirkan dalam forum group discussion (FGD) bersama sejumlah pengelola klub bola Indonesia untuk berbagi ilmu mengenai cara Eropa mengelola industri sepak bola.
“Sihar Sitorus ini adalah sosok yang punya idealisme dan pemikiran yang jauh ke depan tentang membangun sepak bola Indonesia. Kita butuh sosok-sosok seperti beliau,” tegas Akmal.
Bagi pengelola klub sepak bola di Tanah Air, ia berpesan agar saling bekerja sama membangun ekosistem yang sehat untuk melahirkan kompetisi berkualitas.
Akmal juga menekankan agar pengelola klub bola Indonesia mengesampingkan gengsi dan lebih mengedepankan prospek masa depan supaya sepak bola nasional bisa bersaing di level global.
Baca juga: Keisuke Honda Dukung Naturalisasi untuk Pembangunan Sepak Bola Indonesia