KOMPAS.com – Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Fahri Hamzah, menyatakan gagasannya mengenai program amakan gratis yang dicetuskan pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden (wapres) Prabowo-Gibran.
Menurutnya, program amakn gratis bukan hanya merupakan konsep yang orisinil dan baru bagi Indonesia, tetapi juga sebuah gagasan yang strategis.
Hal tersebut disampaikan Fahri sebagai tanggapan terhadap pernyataan salah satu capres pada debat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, Minggu (4/2/2024), yang mengatakan bahwa penanganan stunting terlambat dengan makan gratis.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) periode 2014-2019 itu menilai bahwa capres yang bersangkutan kurang memahami inti persoalan.
Fahri mengungkapkan bahwa inti persoalan anak-anak di Indonesia adalah "kekurangan gizi kronis", yang menyebabkan stunting dan gizi buruk.
Baca juga: Kapan Waktu yang Tepat untuk Mencegah Stunting? Ini Penjelasannya...
“Stunting merujuk pada pertumbuhan tinggi badan yang tidak sesuai dengan usianya (pendek) dan gangguan perkembangan otak. Sedangkan gizi buruk merujuk pada pertumbuhan berat badan yang tidak sesuai usianya (kurus),” tuturnya dalam keterangan tertulis yang dikutip dari laman Partaigelora.id, Selasa (6/2/2024).
Fahri menegaskan bahwa langkah pencegahan yang efektif adalah memberikan asupan makan bergizi pada ibu hamil dan anak-anak.
Oleh karenanya, ia menilai bantuan program yang diusulkan oleh Prabowo-Gibran untuk memberikan bantuan makan bergizi kepada ibu hamil sebagai langkah yang tepat dan strategis.
“Apakah yang sudah terlanjur stunting didiamkan saja? Tidak ada kata terlambat, karena pada dasarnya stunting adalah masalah kekurangan gizi. Ketika mereka masuk usia sekolah, program bantuan gizi melalui makan gratis di sekolah harus tetap dilakukan,” ujar Fahri.
Baca juga: Soal Bantuan Gizi Prabowo-Gibran, Dewan Pakar TKN: Pemenuhan Gizi Penting Cegah Stunting
Ia percaya bahwa asupan gizi yang cukup tidak hanya akan menjadikan anak-anak sehat, tetapi juga membantu mendukung perkembangan otak dan meningkatkan kinerja belajar.
Fahri menambahkan bahwa banyak literatur akademik dan pengalaman empiris dari berbagai negara telah membuktikan manfaat gizi yang baik bagi perkembangan anak-anak.
“Makan siang gratis di sekolah ini juga akan mengurangi beban ekonomi orangtua, terutama dalam upaya memberikan makanan yang bergizi tinggi. Realitanya, sebagian besar keluarga miskin dan pra sejahtera tidak mampu menjangkau akses makanan bergizi,” imbuhnya.
Menurut Juru Bicara (Jubir) Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran itu, program makan siang gratis tidak hanya praktis dalam mengatasi kemiskinan, tetapi juga penting untuk pembangunan generasi muda masa depan.
Baca juga: Podomoro Golf View Mudahkan Generasi Muda Produktif Punya Apartemen
Fahri menyoroti fakta bahwa saat ini Indonesia memiliki peluang bonus demografi, tetapi kualitas sumber daya manusia (SDM) masih rendah.
“Kemampuan akademik rata-rata anak Indonesia begitu rendah dalam tes Programme for International Student Assessment (PISA). Prevalensi stunting masih 21,6 persen, di atas batas 20 persen yaitu angka darurat yang ditetapkan World Health Organization (WHO),” katanya.
Fahri menekankan bahwa dampaknya adalah mayoritas angkatan kerja hanya dapat menyelesaikan pendidikan hingga tingkat sekolah menengah pertama (SMP), yang berdampak pada produktivitas yang tidak optimal.
Sementara itu, masa bonus demografi yang dinikmati diperkirakan akan berakhir pada 2035.
Baca juga: Sambut Bonus Demografi, Data Pendidikan dan Ketenagakerjaan Harus Sinkron
Oleh karena itu, Fahri menekankan perlunya kebijakan cepat dan tepat untuk meningkatkan kualitas SDM.
"(Oleh karena itu) program makan siang gratis ini perlu mendapat dukungan dan menjadi bagian dari agenda nasional,” imbuhnya calon legislatif (caleg) DPR RI dari Partai Gelora Indonesia untuk daerah pemilihan (Dapil) Nusa Tenggara Barat (NTB) I tersebut.
Program tersebut, lanjut dia, harus terintegrasi dengan program pendidikan dan kesehatan yang sudah ada, seperti peningkatan fasilitas pendidikan dan kesehatan, hingga peningkatan kesejahteraan guru dan tenaga kesehatan.
Fahri menyimpulkan bahwa dengan program yang tepat dan terfokus pada masalah inti, akan tercipta Generasi Emas yang siap membangun ekonomi dan mencapai Indonesia maju pada 2045.